ChatGPT adalah model bahasa yang sangat kaya, dikembangkan dan dilatih oleh Open-AI. ChatGPT dapat membantu manusia melakukan berbagai tugas seperti: menjawab pertanyaan dan menulis teks. Hal ini bisa terjadi karena ChatGPT dapat mengolah data dari input teks yang telah diketik seseorang kemudian mengolah data tersebut untuk menghasilkan respon terbaik yang berasal dari model Chat GPT.
Oleh karena itu, kehadiran chatGPT dapat dikatakan sebagai revolusi dalam sistem pendidikan khususnya di perguruan tinggi; atau perlu dipertanyakan perannya sebagai musuh atau sahabat civitas akademika perguruan tinggi, termasuk mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan.
Kedua sisi chatGPT ini juga dapat memudahkan tugas dan peran dosen dalam tridarma perguruan tinggi. Dalam proses pembelajaran misalnya, membantu mahasiswa memahami materi yang diajarkan. Dosen diharapkan mampu menjawab semua pertanyaan mahasiswa, namun terkadang dosen tidak ahli dalam menjawab pertanyaan yang diajukan mahasiswa. Dengan cara ini, dosen biasanya terlebih dahulu mencari jawaban yang benar, yang akan diberikan kepada mahasiswa pada pertemuan berikutnya.
ChatGPT memudahkan untuk menjawab pertanyaan sulit tentang topik tertentu saat belajar. Selain itu, menerapkan layanan komunitas bisa lebih mudah dengan chatGPT. Misalnya, dosen pengabdi dapat memformat data dan analisis visual sesuai wilayah tempat kegiatan pengabdian dilakukan, sehingga informasi dari ChatGPT membantu dosen membuat keputusan tentang kegiatan terkait dan metode yang efektif untuk memecahkan masalah masyarakat di daerah tersebut.
Selain itu, peran dosen sebagai peneliti dapat didukung dengan kemampuan ChatGPT untuk mengumpulkan informasi penting tentang topik penelitian dalam waktu singkat dan memvisualisasikan materi dengan cara yang memudahkan pemahaman untuk pengembangan penulisan akademik. .
Namun, kehadiran chatGPT dengan pengolahan datanya yang tinggi bak pedang bermata dua. ChatGPT dapat membantu menyelesaikan sesuatu di dunia pendidikan tinggi, tetapi dapat merusak sistem pendidikan yang telah lama ada jika tidak digunakan dengan bijak oleh civitas akademika.Â
Misalnya, dengan menggunakan ChatGPT dapat menghilangkan interaksi antara dosen dan mahasiswa yang sangat dibutuhkan untuk membentuk budaya akademik, transfer ilmu, pengalaman, motivasi dan empati, yang tidak dapat dilakukan oleh Chat-GPT.
Selain itu, pemrosesan informasi secara langsung dalam obrolan GPT dapat membantu siswa memahami detail konsep. Hal ini karena jawaban mekanis yang mempengaruhi perkembangan berpikir kritis dan tingginya risiko plagiarisme saat menulis artikel ilmiah.
ChatGPT DAN PENDIDIKAN
ChatGPT dan AI chatbot lainnya pada dasarnya adalah alat. Saat Google pertama kali muncul, orientasi siswa terhadap pencarian informasi berubah.Â
Dulu, siswa harus pergi ke perpustakaan dan membaca banyak buku untuk menyelesaikan soal dan tugas guru. Dengan Google, mereka dapat mengakses informasi dengan lebih mudah dan menghemat waktu. Kemudahannya juga hampir sama dengan ChatGPT.Â