Mohon tunggu...
Pendeta Sederhana
Pendeta Sederhana Mohon Tunggu... lainnya -

Sederhana itu adalah sikap hati. Hati adalah kita yang sesungguhnya.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Terawang: Komjen Budi Waseso, Jalan Tengah Pilihan Presiden

11 Juni 2016   15:45 Diperbarui: 11 Juni 2016   17:01 2112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komjen Budi Waseso, sumber foto: beritacenter.com

Suhardi Alius disinyalir tidak menghendaki BG menjadi Kapolri. Ia diduga menjadi salah satu penyebab gagalnya BG menjadi kapolri dengan memasok data mengenai rekening gendut milik petinggi Polri ke KPK sehingga KPK mempunyai data yang cukup guna menetapkan BG sebagai tersangka. Ia pun kemudian digantikan oleh Budi Waseso yang segera mendapat reaksi kurang baik dari masyarakat karena dianggap sebagai bentuk politisasi di tubuh Polri. Suhardi Alius dinilai cukup bersih oleh masyarakat, sementara Budi Waseso masih diragukan kemampuannya saat itu untuk menjadi Kabareskrim.

Siapa yang menduga, justru Komjen Budi Waseso namanya meroket ketika menjabat Kabareskrim. Bareskrim dianggap sangat berani mengusut berbagai kasus kontroversial yakni: kriminalisasi pimpinan KPK, penimbunan sapi, korupsi migas kondensat yang diduga merugikan negara triliunan rupiah. Terakhir, ia dinilai membuat gaduh karena mengusut kasus dugaan korupsi pengadaan 10 unit mobile crane di PT Pelabuhan Indonesia II. Ketika itu Dirut Pelindo II Richard Joos Lino marah kantornya digeledah anak buah Budi Waseso, yang tidak kurang mengundang reaksi dari Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang konon sempat menelepon Buwas langsung dari Korea.

Sepak terjangnya di Bareskrim saat itu dianggap membuat gaduh dan mencemaskan banyak pihak. Ia pun akhirnya harus hengkang ke BNN dan meninggalkan Bareskrim Polri. Tangkapan pertamanya setelah menjabat Kepala BNN ialah  menggulung sindikat peredaran narkoba internasional meliputi China-Malaysia-Indonesia di Medan. Dalam penangkapan ini, BNN behasil menyita 270 kilogram lebih sabu.

Ia bahkan dinilai sangat berhasil mengungkap keterlibatan aparat dalam peredaran dan penggunaan narkotika. Berbagai terobosan dan kerjasama yang dilakukannya terutama dengan pihak TNI dan Kemenhukam juga berhasil mengungkap apa yang selama ini menjadi hambatan besar dalam pemberantasan narkoba.

Tidak kurang Presiden pun sangat mengapresiasi kinerja Pak Buwas, sehingga BNN dinaikkan statusnya menjadi setingkat kementerian, yang tentu akan memudahkan beliau dalam koordinasi dengan lembaga yang lain dalam melaksanakan tugasnya sebagai Kepala BNN.

Melihat cara kerja beliau, sepertinya tidak salah bila pilihan Presiden akan jatuh kepada Komjen Buwas. Selain chemistry dan irama kerjanya sangat cocok dengan kemauan presiden, ia juga masih memiliki usia pensiun sampai 2019. Artinya, presiden belum perlu mengganti Kapolri sampai dengan perhelatan pemilu 2019. Gonjang-ganjing pergantian kapolri tidak akan membebani presiden hingga periode pertama kepemimpinannya usai, sehingga ia bisa lebih fokus ke hal yang lain.

Berbeda jika presiden menunjuk Komjen Budi Gunawan, yang sudah memasuki usia pensiun tahun depan. Dan bisa saja partai politik yang mendukung Komjen BG akan meminta presiden untuk memperpanjang jabatan BG, yang mana hal ini dipastikan akan menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat, dan juga  membuat ketergantungan presiden kepada PDIP akan semakin besar, terutama menjelang pemilu 2019.

Kemudian, kedekatan Komjen BG dengan Komjen Buwas dinilai bisa mengurangi penolakan dari PDIP, karena dengan pilihan mengangkat Buwas, Komjen BG diprediksi  akan bisa menerima keputusan Presiden Jokowi yang juga akan berpengaruh terhadap sikap PDIP, berbeda halnya jika presiden menunjuk Komjen Tito.

Dukungan terhadap Komjen Budi Waseso juga dinilai akan diberikan oleh Komisi III DPR RI, yang walaupun saat ini dukungan terbesarnya masih ditujukan kepada Komjen BG. Namun jika pada akhirnya Komjen Buwas yang akan ditunjuk, kemungkinan mayoritas anggota komisi III akan bisa menerima kecuali PDIP. Dan seiring dengan berjalannya waktu, sebagaimana halnya dengan penunjukan Badrodin Haiti sebelumnya, Komjen Buwas pada akhirnya akan bisa diterima oleh PDIP, dengan catatan Komjen BG tetap menjabat wakapolri.

Kelebihan Buwas lainnya ialah, kepercayaan diri beliau yang sangat tinggi. Ia terlihat selalu siap mengemban tugas dimanapun ditempatkan. Menjadi Kabareskrim dan Kepala BNN tanpa "persiapan" menjadi bukti bahwa jenderal bintang tiga ini siap jika ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai kapolri. Menurut dia, sebagai prajurit memang harus siap diberikan tugas apapun, yang menjadi isyarat bahwa dia memang sangat siap untuk menjadi kapolri.

Kelebihan Buwas selanjutnya dan sangat diperlukan oleh presiden adalah keberaniannya. Meskipun dianggap dilindungi oleh Wapres JK, Dirut Pelindo II tidak berarti kebal dari penggeledahan bila diduga ada penyimpangan di ruangannya. Memperhatikan relasi Presiden Jokowi dengan Wapres JK selama ini, pilihan presiden terhadap Komjen Buwas akan meningkatkan dominasi  presiden atas wapres. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun