Mohon tunggu...
Pendeta Sederhana
Pendeta Sederhana Mohon Tunggu... lainnya -

Sederhana itu adalah sikap hati. Hati adalah kita yang sesungguhnya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pak Tjip, Kapan Berhenti Menulis?

19 Mei 2016   15:08 Diperbarui: 19 Mei 2016   17:58 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Tjitadinata, Kompasiana

Misalnya dalam satu tulisan beliau membahas efek  dua kata, yakni terima & kasih. Bukankah hampir setiap hari kata-kata ini terlalu biasa untuk setiap kita? Pernah juga saya baca tentang keterlambatan seorang bapak mengambil keputusan, dan tidak sempat lagi untuk disesali  setelah ia mengabaikan  asuransi. Lalu ketika harus diopname satu bulan di rumah sakit dan akhirnya meninggal, segala yang dipunya habis tak bersisa, dan akhirnya keluarga harus hutang kesana kemari guna biaya penguburannya. Ini juga isu yang sudah terlalu biasa kita dengar? Dan tentu beliau tidak sedang memasarkan produk asuransi untuk kita para pembaca.

Pernah saya membaca artikelnya tentang menjual dagangan dengan harga lebih murah dari harga beli, namun tetap bisa untung. Ada juga curahan hati ketika direndahkan namun tidak merasa rendah. Dan tentu ada sangat banyak lagi, dan memang saya belum sempatkan waktu untuk sekedar membaca judul dari sekian banyak artikelnya.

Bukankah tulisan demikian sangat bernilai, sarat makna dan mencoba  menyingkap rahasia kehidupan yang tersembunyi? Tentu mudah mengkhotbahkan hal demikian, namun akan sangat berbeda jika kita diperhadapkan dengan situasi demikian. Semuanya mengandung makna jika kita tidak mengabaikannya atau tidak menganggapnya sekedar bacaan rutin dan wajib mengisi daftar hadir guna menghargai sesama kompasianer karena kita juga berharap diperlakukan demikian. Dan juga tentunya, artikel tersebut bukan sekedar ditulis untuk dinilai dan diberi komentar: bagus, luar biasa, mencerahkan dan entah apa lagi. 

Setiap kita akan menghadapi situasi yang sama dengan skala dan format yang mungkin berbeda, namun substansi persoalannya lebih kurang atau mungkin saja sama. Dan artikel beliau ini menjadi satu  inspirasi bagi kita saat berada di situasi yang sama untuk dapat memahami apa yang sedang terjadi dan bagaimana kisahnya orang lain yang pernah mengalami dan berhasil mengatasinya.

Kembali ke pertanyaan, apa yang anda cari Pak Tjip?

Setelah kucoba merenungkan beberapa artikel beliau yang sudah saya baca, kemudian saya mengaitkannya dengan data yang tertera di gambar di atas, saya berspekulasi memberi satu kesimpulan sederhana berikut tentang Pak Tjip, lelaki tua dan artikelnya:

1. Pak Tjip akan terus menulis sampai ia tidak lagi bisa menulis.

2. Pak Tjip akan tetap setia dengan tema- tema sederhana, membumi, aktual, praktis, bermanfaat,  dan tidak akan terpengaruh dengan isu-isu spektakuler, bombastis namun tidak bermanfaat, meresahkan dan sifatnya sesaat.

3. Sedikit atau banyak dibaca, itu bukanlah hal yang terpenting dalam setiap artikel yang hendak dituliskannya. Sepanjang itu bermanfaat, satu orang pun sangat berharga jika dengan artikel yang ditulisnya orang tersebut memperoleh pencerahan dan mendapatkan kebaikan.

4. Dengan menulis, Pak Tjip sedang membagikan apa yang dimilikinya, sesuatu yang tidak bisa dinilai dengan uang namun sangat mungkin lebih bernilai dari uang. Sesuatu yang sangat sering diabaikan oleh banyak orang karena manfaatnya seringkali tidak segera terlihat, tidak segera terealisasi dan mungkin saja tidak pernah terpikirkan  karena jalan dan waktu setiap kita tidak  selalu sama. Kita bisa saja tiba di situasi yang sama di waktu yang berbeda. Atau kita bisa menghindar dan tidak terperosok ke satu situasi karena kita pernah membaca dan  mendengar kisah serupa sebelumnya. 

5. Pak Tjip memiliki hutang kepada banyak orang, lalu dengan menulis ia mencoba melunasi hutang-hutangnya. Pak Tjip menyadari bahwa hidup setiap kita adalah anugerah. Hidup bukanlah segalanya tentang diri kita, pencapaian, keberhasilan, dan kesenangan kita. Hidup kita ada untuk suatu maksud, dan Pak Tjip menyadari bahwa hidupnya pun demikian. Menulis membuatnya semakin dekat dengan maksud itu, ketika melalui tulisannya, orang lain bisa merasakan untuk apa Pak Tjip mampir di kehidupan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun