Karena kelasku ini sudah kelas ujian, jadi wajar saja jika tidak lagi mendapatkan undian untuk tampil di panggung muhadhroh itu, dan hanya punya tiket menonton disetiap malam akhir pekan itu.Â
Mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari sebelum ujian adalah pilihan yang tepat, begitulah alasannya kenapa kami tidak tampil lagi di panggung muhadhoroh itu.
Dan tentu saja, meskipun sudah tidak lagi tampil di panggung muhadroh, itu bukan alasan yang tepat bagi beberapa santri baru untuk tidak nge-fans ke aku.Â
Adalah sebutlah WN namanya, anak kelas 10 MA (salah satu santri baru diangkatannya N3), yang baginya melihatku itu sama seperti melihat artis komedian lainnya di tv, tapi bedanya yang ini memang dilihatnya secara langsung.
Teman-teman sekelasnya yang masih tergolong santri baru pun ikut-ikutan nge-fans ke aku. Berbeda dengan N3 yang sudah tergolong santri lama, dia juga sudah menjadi dirinya sendiri, dan diatas segalanya dia telah menjadi bagian dari Ghostlintas dan sering disebut manager (uhh gaya betul dah, wkwk) . Jadi kita sudah bisa berteman baik.Â
Kemudian ada lagi santri baru yang nge-fans ke aku, yang ini adalah anak kelas 7 SMP (bukan angkatannya NK, dianya itu udah kelas 8), adalah sebutlah FM namanya. Dia telah menjadi bagian dari Hidayatullah sejak usianya masih 5 tahun, karena dia belajar di TK dan SD Hidayatullah dari kecil.Â
Baginya jika melihatku itu sama seperti melihat Ibunya di rumah, karena aku mirip dengan Ibunya, bukan dengan lawakan itu, tapi dengan kepribadianku yang memiliki hati nurani paling jernih sejernih air sungai dan setegar batu karang di dasar samudera juga keberanian yang amat besar, pun jika dijumlahkan seluruh keberanian para santri, tidak akan mampu untuk menandinginya.
Aku lulus dengan baik, meskipun ujian akhir itu tak pernah terjadi, karena manusia hanya bisa merencanakan tapi Allah lah yang menentukan. Dan sampai pada penghujung tahun terakhir, aku tetap tak kunjung bisa, meresmikan sebuah hubungan yang namanya 'kadek' itu, padahal apa susahnya tinggal pilih saja diantara sekian banyaknya yang nge-fans ke aku itu.
Tapi bagiku letak masalahnya bukan disitu, sederhana saja bagiku, agar aku memperoleh pelajaran atau hikmah dari hari-hari yang yang telah kita jalani di pondok itu, sesuai dengan kata yang tertera di papan nama pondok itu "Al-Hikmah".Â
Dan diatas segalanya aku tahu satu hal, bahwa menyayangi tak harus memiliki. Kalian tahu kenapa mereka begitu antusias mengagumiku? Itu karena aku memiliki senyuman yang mungkin jarang dimiliki oleh orang lain, yaitu senyuman dengan dua gingsul, berpadu dengan bibir yang selalu merah meskipun tak pernah dipolesi liptin sekalipun. Kayak vampir aja! Hahaha...
Sekian.