Mohon tunggu...
Pende Lengo
Pende Lengo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Psikologi UNG

Gadis Gingsul Gorontalo

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Kisah Santriku

22 Oktober 2022   23:57 Diperbarui: 23 Oktober 2022   00:04 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Karena masih baru merintis, kondisi di asrama belum di lengkapi ranjang, senantiasa tidur bertutupkan selimut atau sarung dengan beralaskan tikar, bersaf-saf menyesuaikan dengan ukuran kamar. Jadi jika satu orang kutuan, bisa ketularan orang di sebelahnya, dan bisa jadi ketularan deh semuanya... Hahaha lucu kan. 

Tapi kitanya rajin keramas dong, rajin mandi juga, meskipun ada yang sering mandi malam. Tapi yang mandi malam ini, jangan ditiru yaa! Nggak bagus untuk kesehatan, nanti dapat penyakit long.

Asramanya ada tiga, karena rata-rata santri putri tiap tahunnya adalah 150 santri. Asrama yang pertama namanya 'Aslam' (asrama lama), di sini santri-santi MA tinggal, bersama dengan pengasuh senior. Asrama kedua namanya 'Asbar' (asrama baru), di sana tempat santri-santri SMP, dibawah kontrol pengasuh junior. 

Asrama terakhir namanya 'Asbak' (asrama baru kecil), ditempati oleh santri SMP juga, dengan pengasuh senior. Disebut begitu nama asramanya, karena memang seharfiah itu yang terlihat. Dan tentu saja pengaturan asrama seperti ini hanya temporer, bisa berubah-ubah suatu waktu.

Konsumsi dapurnya juga baik. Teratur 3 kali sehari. Dan tentu saja dijatah. Jadi bagi yang tadinya dirumah sering makan banyak atau suka pilih-pilih makanan. Dia nggak bakal betah di pondok, kemanjaan sih anaknya. Tapi bagiku konsumsinya tidak masalah, toh selama dirumah juga aku hanya makan dua kali sehari.

Aku sangat hafal dengan pembagian lauknya yang tiap waktu. Kalau lauknya tempe, pasti itu Selasa pagi dan Jum'at pagi jadwalnya. Aku selalu suka jika tibanya jadwal lauk tempe. Sampai-sampai aku heran, ada santri yang alergi tempe, makan tempe sedikit saja bisa membuatnya sakit kepala. Juga ada santri yang alergi telur, daging, hingga sayuran kangkung, yang katanya bikin rematik.

Kegiatannya juga beragam. Karena di daerah kami rata-rata sekolah umum sudah memakai sistem belajar full day school, maka mau tidak mau, pondok kami juga harus segera menyesuaikan. Jadi hari belajar di sekolah itu lima hari, Senin-Jum'at. 

Hari Sabtu dan Ahad libur, jadi harinya bisa dipakai santri untuk bersih-bersih, mencuci pakaian, sepatu dan lain-lain, juga untuk beristirahat. Malam Senin-Kamis ada halaqah malam. Malam Jum'at ada ta'lim. Malam Sabtu itu nobar (nonton bareng). 

Malam Ahad ada kegiatan yang namanya 'muhadhoroh', yang tentunya bagi santri ini tidak asing lagi, dimana para santri akan dilatih supaya nantinya bisa mahir berbicara di depan umum, biasanya ini identik dengan ceramah 3 bahasa. 

Namun di pondok kami, kegiatan muhadhoroh ini, terlihat seperti acara-acara sebagaimana yang sering kita lihat, dibuka dengan pembacaan qalam illahi beserta syarih tilawahlah, kemudian masuk acara inti yaitu ceramah tiga bahasa seperti pondok-pondok lainnya.

Nah yang unik dan bedanya, kita juga bisa menampilkan drama atau teater, puisi berantai, serta nasyid atau qasidah, kemudian sering kali ditambahkan dengan komedi iklan atau kreasi santri berdasarkan daerah mereka masing-masing, lantas ditutup dengan penilaian dari para guru, pengasuh serta ustadz dan ustadzah dengan kritik dan saran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun