"dengan penjelasanmu dari awal aku sudah merasa agak relate dengan kehidupanku sekarang, apakah kau masih punya penjelasan selanjutnya?" Tanya anak muda itu
"yah tentu saja. Di budayamu, tersenyum dan mengatakan hal-hal dengan sopan meskipun kau tidak menyukainya, berbohong demi kebaikan, setuju dengan orang yang sebenarnya tidak anda setuju, menjadi norma." Kakek itu menghembuskan asap rokok dengan makna yang ambigu dan melanjutkan penjelasannyaÂ
"inilah mengapa orang-orang belajar berpura-pura menjadi teman dengan orang yang mereka tidak sukai, membeli barang yang sebenarnya tidak mereka inginkan. Sisten ekonomi mendukung penipuan macam ini. Sisi buruk dari hal ini ada semacam tekanan di realitasmu untuk menjadi orang yang disukai atau tidak, sehingga orang sering menyusun ulang seluruh kepribadian mereka tergantung pada siapa yang mereka hadapi. Mungkin itu yang bisa aku jelaskan untukmu wahai anak muda"
"apakah mentalku saat ini secara tidak langsung terbentuk dari sistem?" Tanya anak muda
"yah bisa saja. Dan mungkin tidak, karena ada faktor lain, simpulkan saja di rumah ketika kau sebelum tidur, aku lanjut jalan, malam ini terlalu dingin untuk aku" kakek itu berjalan meninggalkan anak muda sambil menikmati rokok yang hampir habis itu
Anak muda itu terdiam sejenak dan seketika ribuan realitas kehidupan di dalam otaknya tertampar, jiwa dengan kekosongan terisi, pandangan yang buram menjadi brutal  dengan penjelelasan kakek tua itu. Seketika anak muda itu berkata pada dirinya sendiri
"mungkin aku terlalu sering menutup telinga untuk kepengtingan diri karena terbawa arus sistem, aku hanya memperbanyak relasi tapi tidak dengan kualitas esensi dalam relasi, hari ini aku akan pulang dan lebih banyak melihat realitas keadaan di penjuru dunia, salah satunya dengan melihat perbedaan dari setiap realitas kehidupan yang ada"
Anak muda itu bergegas meninggalkan tempat yang ia duduki itu menuju rumahnya untuk membuka mata dan hatinya dengan memperbanyak melihat jendela dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H