Bagi para pemborong galian kabel telkom dan PDAM, mandornya mesti mencari para pekerja yang kuat, cepat dan rapi, serta teliti. Bongkar pasang kabel kerap terjadi disejumlah kab/kota, apalagi jika ada daerah pemekaran Kab/Kota baru, atau ada daerah pemakaran karena wilayah industri, maka jelas daerah itu butuh sambungan pdam dan juga sambungan pesawat telekomunikasi termasuk pengadaan tiang listrik.Â
Kalau sistem harian, jelas bagi para pekerja ini rugi, karena pekerjaan tersebut tidak bisa dilakukan dengan strategi dan pembagian panjang atau  meteran galian, mereka tidak terpacu dengan gerak dan waktu dan hasil uang yang didapatkan juga tidak bisa banyak, maka mereka memilih jasa borongan untuk memasang galian sesuai jarak yang disepakati.Â
Bagi mandor tenaga, jelas sangat menguntungkan dirinya, wajar jika setiap mandor disamping dapat income dari pekerja tersebut juga dapat selisih dari tawaran yang ada. Termasuk mandor ini bisa menghitung sendiri dengan rumus bakunya yang sudah dilakukan sesuai pengalaman sebelumnya. Kalaupun pendapatannya disyukuri bisa untuk mencukupi kebutuhan hidupnya baik pangan, sandang maupun mobil dan rumah.Â
Mandor juga dapat dari selisih uang makan harian dari pekerja ini, misalkan dia berani kontrak dengan pihak catering, jika sebulan dikontrak kira-kira berapa berani anda bayar. Pihak catering pun berani gratiskan dan kasih rokok sama mandor termasuk uang kopi mandor, belum lagi dapat uang jariyah dari catering yang diberikan kepada nya.Â
Untuk jadi mandor itu tidak gampang teorinya, dia harus pernah jadi pekerja kasar dulu, pengalaman adalah guru terbaiknya, termasuk menghitung kalkulasi borongan dari mitra kerjanya.Â
Dia akan merasakan rugi dan harus ditomboki olehnya, rugi yang sering didapatkan, pertama bila menghitung taksiran borongan, rugi kedua adalah bila galian telkom misalnya kemudian menyerang kabrl optik yang lain, maka jelas dia akan kena denda dari pihak telkom, bukan hanya puluhan juta bisa terjadi ratusan juta, ini pernah terjadi pada warga Dukuh Dranan Yosorejo Pekalongan, Jawa Tengah termasuk juga pekerja borongan dari daerah Kecamatan Banjarharjo Brebes Jawa Tengan pernah mengalaminya.Â
Tidak semua desa itu mampu dan mau menggali tanah untuk borongan galian telkom atau pdam atau galian lainnya,mereka harus punya ketrampilan tersendiri, tangan kadang melepuh atau bahasa jawanya kapalen itu hal yang lumrah, dan mesti terjadi dan itu harus diterima apa adanya.Â
Rata-rata mandor dan pekerjanya itu sudah satu paket untuk mengerjakan borongan proyek tersebut, pesaing mereka adalah garapan dengan tenaga mesin dozer, mungkin lebih cepat dan skalanya juga lebih bisa dijangkau kendaraan alat berat, tapi bagi daerah yang padat tentunya manual yang akan dipakai.Â
Tingkat resiko alat berat dengan manual jelas lebih beresiko pakai alat berat, hanya bedanya jika alat berat menutup dan menggali lebih cepat hasilnya. Namun baik dan buruknya bagi perusahaan atau mitra sudah memilih sesuai pilihannya.Â
Modal cangkul, linggis dan peralatam cungkil lainnya disiapkan oleh mereka, semakin tahu caranya menggali maka akan semakin cepat dalam membuat galian yang ada, dan ini seninya orang menggali.Â
Pinggul sakit, kepala pusing, kaki kena pacul atau alat itu hal biasa terjadi, mereka akan membeli obat warung atau obat yang biada dibawa mereka, kadang para mandor juga sudah menyiapkan perlengkapan obat-obatan tapi skala warung saja, obat dengan resep dokter bila pekerja ini cukup serius saat bekerja mengalami kecelakaan ringan atau sakit beberapa hari.Â