SEDEKAH RAMADAN SANG MAHASISWA
Mahasiswa rantau itu bernama Rudi. Tahun ini adalah tahun pertama dia menjalani ibadah puasa di Gorontalo, kota tempat dia kuliah di Universitas Negeri Gorontalo. Karena ini adalah tahun pertama dia beribadah Ramadan di rantau, jauh dati ayah bundanya, maka sangat terasa berat baginya. Kerinduan akan menu buka dan sahur yang dibuat bunda tercinta membuat sangat sepi saat-saat buka di mana Umat Muslimin sangat bergembira. Bagi dia itu adalah saat yang teramat sepi. Hatinya sendu. Titik air matanya yang keluar, dicoba dihapus dengan air wudu. Air wudu yang terasa sejuk bisa membantunya menyejukkan hati yang galau.
Untuk mengatasi rindunya, sering dia berbuka puasa di masjid dekat kos-kosannya. Menu buka di masjid itu sangat lumayan enak dan bergiji. Itu bisa menghemat pengeluarannya sebagai mahasiswa yang biaya hidupnya sangat tergantung pada transfer bulanan dari ayahnya yang berprofesi sebagai ASN.
Di masjid itu mengadakan kajian menjelang buka puasa, atau lebih tepatnya kultum (kuliah tujuh menit). Salah satu topik kultum adalah keutamaan bersedekah. Sedekah di Bulan Ramadan, menurut ustaz yang berceramah, sangat besar pahalanya. Sepuluh kali lipat pahala yang diberikan oleh Allah SWT bagi mereka yang bersedekah di Bulan Ramadan dibandingkan dengan sedekah di luar Ramadan.
Rudi sangat tersentuh dengan isi ceramah itu. Dia ingin mendapat pahala yang berlipat ganda.itu. Tentu saja harus sesuai dengan isi kantongnya yang hanya pas-pasan. Makluim mahasiswa rantau.
Besoknya, saat mau pulang ke kos-kosan usai kuliah, dia menawar ongkos bentor (becak motor), kenderaan umum yang banyak terdapat di Gorontalo.
Rudi: Bang, berapa onkos bentor ke Jalan Kasuari?
Abang Bentor: Sepuluh ribu, Dek.
Rudi: Mahal, Bang, lima ribu ya?
Abang Bentor: Oh ya , boleh Dek.
Rudi lalu naik bentor menuju kos-kosannya. Setiba di kos-kosan, Rudi menyerahkan uang sepuluh ribu kepada abang bentor.
Rudi: Kembaliannya untuk Abang saja.
Abang Bentor: Dek, kau ini bikin aku bingung. Tadi kau menawar onkos dari sepuluh ribu menjadi lima ribu. Uangmu sebesar lima ribu. Tapi kau menolak kembaliannya.
Rudi: Begini, Bang. Saya mau bersedekah sebesar lima ribu buat Abang. Tapi uangku tinggal sepuluh ribu. Tranferan dari ayahku belum masuk, mungkin sebentar malam baru masuk. Jadi saya menawar ongkos bentor Abang menjadi lima ribu, agar saya bisa bersedakh lima ribu.
Abang Bentor: Ha ha ha ha ha, boleh juga kecerdasanmu.
Gorontalo, 23 Maret 2024
Adriansyah A. Katili
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H