Mohon tunggu...
Adriansyah Abu Katili
Adriansyah Abu Katili Mohon Tunggu... Dosen - Melukis dunia dengan kata-kata.

Pendidik anak bangsa pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Gorontalo yang gemar membaca segala macam bacaan dan suka melukis dunia dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bahasa sebagai Alat Ungkapan Kesadaran Reflektif

24 Juni 2023   19:14 Diperbarui: 16 April 2024   05:41 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

Sekarang kita lihat bagaimana bahasa mengekspresikan kesadaran reflektif dalam novel. Kita lihat dalam novel The Old Man and the Sea. Novel ini bercerita tentang seorang nelayan tua bernama Santiago. Dia adalah seorang nelayan tua yang selalu melaut dan kembali tanpa membawa hasil. Salah satu ungkapan yang terkenal adalah Every day is a new day. Ungkapan itu bermakna Setiap hari itu baru apa makna ungkapan itu?

Kalimat itu terucap oleh Santiago di tengah laut, saat dia sedang melaut sendiri. Dia sedang merefleksi keadaannya yang selalu tidak berhasil membawa hasil melaut. Namun dia sedang membangun optimistiknya, bahwa dia adalah nelayan tua dan bahwa setiap hari itu baru. Dia adalah subyek yang melewati hari demi hari, dan suatu saat dia akan menjadi subyek yang berhasil, seperti katanya dalam ungkapan selanjutnya It is better to be lucky. But I would rather be exact. Then when luck comes you are ready. Di sini dia menjadi individu yang berkesadaran reflektif bahwa dia harus berusaha untuk berhasil dan siap untuk berhasil.

Penutup

Sebagai penutup tulisan ini, saya menyimpulkan bahwa bahasa bukan hanya sebagai alat komunikasi sebagaimana saya ungkapkan di awal tulisan ini. Bahasa bisa juga menjadi media ekspresi kesadaran reflektif manusia, setidaknya dalam dua karya sastra yang saya tampilkan di atas hal ini jelas. Kesadaran reflektif sebagai individu yang memiliki kebebasan, harapan, yang berperan sebagai subyek dan obyek dari dunia, tampak terungkap dalam bahasa.

ooOOoo

Catatan:

Penulis adalah dosen pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo. Dia merupakan alumni S1 Jurusan Sastra Inggris Universitas Hasanuddin Ujung Pandang (kini Makasaar). S2 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Malang, dan S3 Linguistik Terapan Universitas Negeri Gorontalo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun