Malam semakin larut, tapi hati mereka terasa terang. Kota Samarinda, dengan segala pesonanya, menjadi saksi cinta yang kembali disulam dengan harapan. Dari menara Asmaul Husna, Bayu dan Marta melangkah turun, membawa tekad untuk menjalani sisa hidup bersama, dalam balutan cinta yang abadi.
Setelah turun dari Menara Asmaul Husna, Bayu dan Marta memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar di sekitar Islamic Center. Suasana malam itu terasa syahdu, dengan alunan azan Isya yang perlahan memudar digantikan lantunan tadarus dari pengeras suara masjid. Samarinda malam itu benar-benar hidup, namun tidak bising---hanya harmoni yang menenangkan jiwa.
Bayu menggenggam tangan Marta lebih erat. "Aku ingin semuanya menjadi lebih baik mulai sekarang," ucapnya pelan, namun penuh keyakinan.
Marta menatap wajah suaminya yang mulai menua, dihiasi garis-garis kehidupan yang penuh perjuangan. "Aku percaya padamu, Bayu. Kita bisa melewati apa saja bersama. Hidup ini masih penuh kesempatan untuk kita."
Langkah mereka mengarah ke sebuah warung kecil di tepi sungai yang menyajikan teh hangat dan pisang goreng khas Samarinda. Bayu menarik kursi untuk Marta, mempersilakannya duduk. Angin malam menyapa lembut, membawa suara gemericik air sungai dan gelegar kapal yang lewat.
"Samarinda tidak banyak berubah, ya," Marta bergumam, menyeruput teh hangat. "Tapi entah kenapa malam ini semuanya terasa lebih indah."
"Karena malam ini kita memulai hidup baru," jawab Bayu sambil tersenyum. "Malam ini adalah awal dari perjalanan kita yang sesungguhnya."
Setelah menikmati makanan ringan itu, Bayu mengeluarkan sesuatu dari kantongnya---sebuah cincin sederhana dengan ukiran halus bertuliskan Bismillah.
"Marta," ucapnya sambil menyematkan cincin itu di jari manis istrinya, "ini hanya simbol kecil. Tapi aku ingin kamu tahu, aku berjanji untuk menjagamu sampai akhir hayat."
Marta menahan air matanya yang mulai mengalir. "Terima kasih, Bayu. Aku tidak butuh apa-apa lagi selain keberadaanmu."
Dalam keheningan yang dipenuhi rasa syukur, mereka saling menatap. Samarinda, dengan segala keindahannya, menjadi saksi malam yang penuh makna. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka ke depan tidak akan selalu mudah. Namun, mereka yakin, dengan cinta dan iman yang telah diperbarui, tidak ada rintangan yang tak bisa mereka atasi.
"Besok kita mulai persiapan untuk haji, ya," kata Marta sebelum mereka beranjak pulang. "Ini bukan hanya soal menepati janji, tapi juga menjadi perjalanan terindah kita bersama."