Mohon tunggu...
Sutrisno Penadebu
Sutrisno Penadebu Mohon Tunggu... Penulis - Menulis menebar kebaikan, Menulis apa saja bila ide datang

Sutrisno dengan nama pena Penadebu, ASN di Babulu kabupaten Penajam Paser Utara. Menulis di beberapa media baik cetak maupun online telah menerbitkan beberapa jurnal, prosiding, dan beberapa buku. Kini menjadi pengurus organisasi profesi. Menjadi instruktur lokal dalam kegiatan menulis dan guru inti. Sutrisno dapat dihubungi di: 1. HP/Wa : 081253791594 2. Facebook : Sutrisno babulu 3. Email : sutrisnok809@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta di Menara Asmaul Husna

27 November 2024   06:34 Diperbarui: 27 November 2024   06:36 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sungai Mahakam dilihat dari Menara-Dokpri

Salah satu ikon  Taman hiburan Samarinda-Dokpri
Salah satu ikon  Taman hiburan Samarinda-Dokpri


Malam semakin larut, tapi hati mereka terasa terang. Kota Samarinda, dengan segala pesonanya, menjadi saksi cinta yang kembali disulam dengan harapan. Dari menara Asmaul Husna, Bayu dan Marta melangkah turun, membawa tekad untuk menjalani sisa hidup bersama, dalam balutan cinta yang abadi.

Setelah turun dari Menara Asmaul Husna, Bayu dan Marta memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar di sekitar Islamic Center. Suasana malam itu terasa syahdu, dengan alunan azan Isya yang perlahan memudar digantikan lantunan tadarus dari pengeras suara masjid. Samarinda malam itu benar-benar hidup, namun tidak bising---hanya harmoni yang menenangkan jiwa.

Bayu menggenggam tangan Marta lebih erat. "Aku ingin semuanya menjadi lebih baik mulai sekarang," ucapnya pelan, namun penuh keyakinan.

Marta menatap wajah suaminya yang mulai menua, dihiasi garis-garis kehidupan yang penuh perjuangan. "Aku percaya padamu, Bayu. Kita bisa melewati apa saja bersama. Hidup ini masih penuh kesempatan untuk kita."

Langkah mereka mengarah ke sebuah warung kecil di tepi sungai yang menyajikan teh hangat dan pisang goreng khas Samarinda. Bayu menarik kursi untuk Marta, mempersilakannya duduk. Angin malam menyapa lembut, membawa suara gemericik air sungai dan gelegar kapal yang lewat.

"Samarinda tidak banyak berubah, ya," Marta bergumam, menyeruput teh hangat. "Tapi entah kenapa malam ini semuanya terasa lebih indah."
"Karena malam ini kita memulai hidup baru," jawab Bayu sambil tersenyum. "Malam ini adalah awal dari perjalanan kita yang sesungguhnya."

Setelah menikmati makanan ringan itu, Bayu mengeluarkan sesuatu dari kantongnya---sebuah cincin sederhana dengan ukiran halus bertuliskan Bismillah.
"Marta," ucapnya sambil menyematkan cincin itu di jari manis istrinya, "ini hanya simbol kecil. Tapi aku ingin kamu tahu, aku berjanji untuk menjagamu sampai akhir hayat."

Marta menahan air matanya yang mulai mengalir. "Terima kasih, Bayu. Aku tidak butuh apa-apa lagi selain keberadaanmu."

Dalam keheningan yang dipenuhi rasa syukur, mereka saling menatap. Samarinda, dengan segala keindahannya, menjadi saksi malam yang penuh makna. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka ke depan tidak akan selalu mudah. Namun, mereka yakin, dengan cinta dan iman yang telah diperbarui, tidak ada rintangan yang tak bisa mereka atasi.

"Besok kita mulai persiapan untuk haji, ya," kata Marta sebelum mereka beranjak pulang. "Ini bukan hanya soal menepati janji, tapi juga menjadi perjalanan terindah kita bersama."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun