Mobil sedan merah itu melaju kencang di jalan tol. Hanya ada suara penyiar radio mengisi perjalanan. Seorang wanita mengendarai mobil sedan itu, entah apa yang dipikirkannya, sepertinya ia kesal.
Aku benci semua ini!, batinnya, seraya menekan pedal gas lebih kencang dari sebelumnya, mobil sedan merah itu melaju deras menuju arah hotel.
=o0o=
Mobil kemudian perlahan, mendekati hotel. Wanita itu beranjak keluar setelah sampai di lobby hotel. Ia bergegas menuju ke lantai 5. Tanpa kata, tanpa suara. Di sebuah ruang telah menunggu seseorang, dari ciri-cirinya pria yang umurnya tidak muda lagi menunggu dengan cemas kehadiran wanita itu.
Brakk! Suara pintu hotel yang terbanting.
Sang pria mencoba bersikap sewajarnya meski sebenarnya dia sangat ingin mengutarakan perasaannya,
namun ia mencoba menahan.
”Duduklah dulu. Santai saja. Kamu mau minum?” sang pria coba mencairkan suasana. Wanita itu duduk di sofa, dekat dengan jendela besar tepat di samping ruangan, dengan wajah yang berkerut. ”Mau minum?” “Katakan saja apa maksudmu?!” wanita itu sepertinya sangat kesal, tawaran minum sang pria pun ditolaknya. Lalu sang pria terdiam sejenak, menghela nafasnya.
“Kamu ingat hari ini”
“Ini hari selasa, memang kenapa?” jawab wanita itu dingin.
“Kamu sepertinya belum ingat, mari aku tunjukkan”, sang pria menyalakan sebuah video pada layar televisi yang telah disiapkannya sejak tadi.
Di layar tampak seorang wanita dengan gaun putih tengah tersenyum dengan setangkai mawar merah ditangkai berbicara mesra ke arah seseorang yang merekamnya seraya berkata
“Aku mencintaimu, mawar ini jadi saksinya”
Klik!
Wanita itu mengalihkan pandangannya dari layar televisi, Sang pria kemudian berkata “Di hari itu kamu dan aku berjanji hidup setia, semati”
“Tak ingat kah dirimu?”
“Iya, aku ingat! Tapi itu dulu! Kamu sama saja dengan pria lainnya, bisanya hanya membual tentang cinta, ternyata kamu tidak lebih dari seorang pria gombal!”
“Kamu masih tidak percaya denganku?” sang pria menanyakan keraguan wanita itu.
“Susi benar-benar telah memperdayamu”
“Maksudmu?”
“Ia benar-benar membuatmu cemburu kepadaku”
Tiba-tiba seseorang keluar dari balik tirai didalam hotel.
“Susi!” wanita itu kaget.
“Halo Tante!” dengan senyumnya yang manis Susi tersenyum.
“Apa yang kalian berdua lakukan disini! Kalian sungguh terlalu, Anggoro apa maksud semua ini?” tanya wanita tersebut pada pria yang juga ikut tersenyum.
“Kamu jangan marah seperti itu, lihat ini dulu”
Sang pria memberikan beberapa lembar foto dan akta kelahiran.
“Ingatkah setahun lalu ketika aku menyatakan cinta kepadamu, aku pernah bilang punya seorang anak, sayang dia harus sekolah diluar negeri”
“Putriku cantik kan?” lanjut sang pria.
“Jadi, Susi adalah anakmu?”
Sang pria menjawab pertanyaan wanita itu dengan sebuah senyuman.
“Kamu jahat Anggoro” wanita itu masih ketus, tapi rasa kesal dalam hatinya mulai mencair, jadi selama ini ia melihat sang pria berjalan dengan anaknya.
“Lidya ada yang mau aku berikan kepadamu” sang pria mengeluarkan sebuah bungkusan kecil dari saku celananya.
Kemudian susi menekan tombol di dinding kamar hotel
Lampu kamar meredup, lilin di meja makan menyala, lampion berwarna merah di langit-langit juga menyala, kemudian sang pria berlutut dihadapan wanita tersebut seraya mengucapkan perkataan yang akan diingat wanita yang tak lagi muda itu
“Maukah kamu menikah denganku dan menjalani sisa hidupmu bersamaku?”
Wanita tersebut menitikkan air mata, seraya tersenyum memeluk pria separuh baya yang selama dua tahun ini menjalin kasih dengannya.
Meski tak muda lagi keduanya berikrar untuk saling setia.
“Ada cemburu dihatimu, artinya kamu benar mencintaiku” sang pria tersenyum.
Galuh Ayu Anitasari + Pekik Bayumukti Utomo [KCV No. 223]
Untuk membaca karya peserta lainnya, silahkan menuju akun Cinta Fiksi. Dan harap sertakan link berikut ini : http://www.kompasiana.com/androgini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H