Mohon tunggu...
Amir Arsila
Amir Arsila Mohon Tunggu... Relawan - Pendamping Desa

Bangun Desa, Bangun Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hamente Mbay Hingga Terbentuknya Desa/Kelurahan @KompasianaDESA

19 Januari 2025   12:34 Diperbarui: 19 Januari 2025   12:34 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta Onderafdeling tahun 1916

Pada masa Pemerintahan Swapraja Nagekeo hingga masa awal kemerdekaan, wilayah yang sekarang menjadi wilayah Kecamatan Aesesa ini terbagi-bagi ke dalam 4 (empat) wilayah pemerintahan hamente/gemeente. Masing-masing adalah: 

1) Hamente Mbay;

2) Hamente Dhawe; 

3) Hamente Nataia; 

4) Hamente Munde;

Sekilas kita melihat bahwa pembagian hamente tersebut lebih didasarkan pada wilayah suku. Jika demikian, maka yang menjadi pertanyaan adalah mengapa tidak ada Hamente Lape?

Soal suku lape, pada masa swapraja Nagekeo, raja Josef Juwa Dobe Ngole pernah mengundang suku lape untuk memegang hamente mbay tetapi ditolak oleh utusan dari suku lape dengan beberapa pertimbangan suku lape tidak mau diperintah oleh raja Nagekeo.

Kembali ke Hamente Mbay?

Pada zaman pemerintahan hamente hingga tahun 1950-an wilayah hamente mbay meliputi 'ulu Wundu ikong Towak'. 

Setelah hamente dihapus, kira-kira awal tahun 1960-an, wilayah hamente Mbay ini dibagi-bagi ke dalam 3 wilayah yang kemudian disebut desa. Masing-masing adalah 

1) Desa Ulu Ola dengan Abdullah Manetima sebagai Kepala Desa (meliputi 'kampung-kampung' Wundu, Nggolombai, Lelak, dan Mbo'a Tiba); 

2) Desa Rungaleke dengan Rafael Retas Daeng sebagai Kepala Desa (meliputi 'kampung-kampung' Bo'a Ras, Bo'a Maki, dan Mbaling); dan 

3) Desa Shagolewa dengan Ismail Nggae sebagai Kepala Desa (meliputi 'kampung-kampung' Bago, Kolikapa, Towaklaing, dan Enek). 

Kemudian, berdasarkan Peraturan Daerah... yang diberlakukan pada tahun 19.., ketiga wilayah desa ini 'dilebur' lagi ke dalam 2 (dua) desa (baru), setelah mengurangi wilayah (kampung-kampung) lama/terdahulu dan menambahkannya dengan wilayah (kampung-kampung) baru. Kedua desa itu adalah 

1) Desa Mbay I meliputi 'kampung-kampung' Nggolombay, Lelak, Mbo'a Tiba, Bo'a Ras, dan Mbo'a Maki; dan 

2) Desa Mbay II meliputi 'kampung-kampung' Bago, Kolikapa, Towaklaing, Enek, dan Mbaling. 

Sementara 'kampung' Wundu di masukkan kedalam wilayah administrasi Desa Dhawe. 

Pada tahun 1998/1999 lalu, status desa Mbay I dan Mbay II berubah pula menjadi Kelurahan Mbay I dan Kelurahan Mbay II. 

Sumber:

1.https://www.academia.edu/8014453/Konflik_Tanah_di_Negeri_Bersuku_suku

2.http://mosalakilape.blogspot.com/2016/07/asal-usul-suku-lape.html?m=1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun