Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kebangkitan Perempuan yang Duduk di Cafe

1 April 2018   15:30 Diperbarui: 1 April 2018   15:53 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: kepoan.com

Entah mengapa, "feeling engineering" Niko mengatakan walau mata perempuan itu tertuju ke televisi, tapi gerak tubuhnya tak bisa berbohong bahwa dia sama sekali tidak menikmati acara musik di televisi itu. Satu hal yang mencolok, perempuan itu tampak gelisah, ada beban berat yang dia pikirkan. 

Setelah pelayan mengantarkan es jeruk pesanan, Niko segera meneguknya. Timbul keberaniannya memulai lagi pembicaraan.

"Maaf, mungkin saya usil. Hari ini anda tidak ikut Misa?"

"Tidak. Anda tadi dari Gereja, ya?" perempuan itu balik bertanya.

"Ya, ini kan Malam Paskah. Misa berlangsung 3 jam, makanya saya kehausan" kata Niko sembari tersenyum menoleh ke perempuan itu. 

"Apakah tadi Anda ketemu Tuhan?

"Ya" jawab Niko.  Dalam hatinya sedikit kaget oleh pertanyaan yang sederhana namun tajam dari perempuan itu. 

"Lalu, kenapa Anda tidak minta minum pada Tuhan saat haus?" tanya perempuan itu lagi tanpa menoleh ke Niko. Matanya tetap tak lepas dari televisi.

Pertanyaan lanjutan perempuan itu bikin kaget. Sangat menohok. Niko bertanya dalam hati apakah perempuan itu sedang ingin humor atau bersikap skeptis?

"Tadinya saya mau minta minum, tapi Tuhan sedang sibuk melayani umatnya untuk bangkit dan hidup baru dalam namaNya. Lalu Dia menuntun saya ke cafe ini".

"Hahahahaha!" Mendadak perempuan itu tertawa lepas. Tampaknya dia suka dengan jawaban Niko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun