Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Menulis Keluar Kandang, Seberapa Perlu?

28 Mei 2017   17:04 Diperbarui: 29 Mei 2017   09:52 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kita mampu memahami absurditas itu, maka menjadi nyatalah semua itu. Sama halnya ketika Raisa akhirnya memilih Hamish Daud jadi calon suaminya padahal masih banyak lelaki yang jauh lebih hebat di negeri ini ; lebih ganteng, lebih kaya, lebih populer, lebih ini itu dan lain sebagainya.

Kalau Raisa ditanya akan muncul jawaban pembelaan yang "mudah dibantahkan". Tapi toh Raisa sudah mengambil keputusan sebagai sebuah jawaban dirinya. Kita hanya bisa memahaminya. Sembari meneteskan air mata dan berdoa semoga langgeng.

Contoh lain, ketika Raisa tunangan, kenapa ada yang 'patah hati'? Padahal ada banyak perempuan yang lebih nyata di lingkungan kita, kampus, kampung, komunitas pertemanan, kantor, dan lain-lain. Sementara Raisa itu "jauh di langit ke tujuh". Raisa tak lebih Imaginasi kesempurnaan kecantikan seorang perempuan. Jawaban ribuan kaum "Patah Hati'' akan muncul sangat absurd sebagai pembelaan. Nyatanya ada patah hati, dan kondisi itu hanya bisa dipahami dan tidak untuk dituntut kebenaran realistik nya, bukan?

Lha, kok ngomong Raisa, sih? Hadeuuh! 
Kembali ke soal 'menulis diluar kandang' tadi, begitu pula sebuah alasan bisa muncul. Kondisi relativitas yang hanya bisa dipahami. Seringkali tak bisa dituntut sesuai kehendak realistik si Penanya.
Bagaimana dengan anda?

Salam
_____

Peb28/05/2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun