Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Keanehan Kasus Korupsi Rio Capella

20 Oktober 2015   08:08 Diperbarui: 20 Oktober 2015   08:48 1010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Patrice Rio Capella, Mantan Sekjen Nasdem| sumber gambar ; Harian Terbit.com"][/caption]

Patrice Rio Capella akhirnya harus mundur dari DPR dan jabatan Sekjen Partai Nasdem karena tersangkut kasus korups. "KPK menetapkan Patrice sebagai tersangka kasus pemberian hadiah atau janji dalam proses penanganan perkara bantuan daerah, tunggakan dana bagi hasil, dan penyertaan modal sejumlah Badan Usaha Milik Daerah di Provinsi Sumatera Utara."(kompas.com 16/10/2015).

Menurut Johan Budi SP, selaku pimpinan sementara KPK, Rio Capella terjerat kasus karena " Untuk 'mengurus' penyelidikan yang dilakukan Kejaksaan. Bukan bansosnya, tapi penanganannya," ujar Johan di Gedung KPK, Jakarta, Sabtu (17/10/2015) dini hari.

Dalam rangka mengurus penyelidikan di kejaksaan itu pihak Gatot Pujo Nugroho dan istri mudanya Evy Susanti memberikan dana 200 juta melalui perantara yakni teman dari Rio Capella.

Pemberian uang itu berkali-kali ditolak oleh Rio Capella. Uang dikembalikan, namun si Pemberi 'ngotot' agar uang itu diterima.

Keanehan Kasus

Upaya pemberian uang secara ngotot kepada Rio Capella merupakan hal yang aneh. Uang tersebut bahkan sudah berkali-kali ditolak atau dikembalikan. Namun tetap saja si Pemberi kembali menyodorkan uang. Hebatnya, uang pemebrian itu dilakukan melalui teman kuliah Rio Capella.

Makna sebuah pertemanan pada umumnya adalah kepercayaan antara dua orang yang sudah saling memahami satu sama lain. Ada setting historisnya.

Hal anehnya adalah,
Pertama ; Kenapa harus ngotot memberi sedangkan si penerima menolak? Ada motif apa dibalik pemberian selain 'untuk menguruskan kasus di kejaksan'.

Kedua ; Mengapa kalau tidak mau uang itu (namun dipaksa) Rio Capella tidak berpikir lebih jauh-misalnya melakukan tindakan pelaporan ke KPK bahwa dia dipaksa menerima uang tertentu?

Menurut Idil, pengamat politik Universitas Padjajaran, secara struktural dan fungsional Rio hanya sebagai anggota DPR dan bukan sebagai menteri. Dia juga hanya sebagai Sekjen Partai Nasdem yang bertindak sesuai koridor-koridor kebijakan partai. (sumber ; Republika.co 17/10/2015).

Lebih lanjut Idil Akbar katakan ;
"Secara logika politik, tindakan dan posisinya tidak nyampe. Karena itu, saya kira Rio ini hanya kambing hitam. Satu orang yang lebih berwenang dan lebih tinggi dari Sekjen yang mengendalikan dan kemungkinan besar menyuruh Rio melakukan itu semua, dan kita semua mafhum siapa orang itu,”
-------
Melihat kasus Rio Capella 'yang semula menolak namun dipaksa berulangkali untuk menerima pemberian' maka terdapat sesuatu yang aneh dibalik sekedar pemberian untuk mengurus kasus Bansos Gubernur Sumut di Kejaksaan Agung.

Keanehan ini bisa bersifat politis di tingkat internal partai Nasdem. Apakah ada upaya untuk mencongkel jabatan Sekjen Nasdem karena sesuatu hal rahasia. Atau uapaya cuci tangan aktor kuat dan lebih tinggi diatas Patrice Rio Capella.

Secara hukum, KPK hanya akan mengurus kasus terkait hukum saja yakni gratifikasi. Sudah ada pasal hukum yang akan menjeratnya. Namun dalam proses pengadilan nanti bukan tidak mungkin terungkap ragam cerita politis yang melampiri kasus hukum tersebut.

Cerita politis inilah yang kelak akan mengungkap keanehan kasus korupsi Patrice Rio Capella. Semoga keanehan ini tidak menjadi aneh lagi oleh manuver politis yang aneh. Publik sudah jenuh disajikan hal-hal aneh dalam politik negeri ini.

Salam

------
Sumber bacaan ;
Satu
Dua
Tiga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun