Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kunci Awal Sebelum Meramu Diksi Artikel

9 September 2015   06:19 Diperbarui: 9 September 2015   11:33 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber gambar : http://assets-a2.kompasiana.com/statics/crawl/5528adfe6ea83473788b4567.jpeg?t=o&v=760"][/caption]

Menulis itu mudah, yang sulit adalah membuat kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan sesuatu dalam bentuk tulisan. Ketakmampuan mendapatkan kata-kata yang tepat menjadikan kegiatan menulis seperti penderitaan dan menakutkan. Jangankan sebuah ide yang bersifat pemikiran-renungan pribadi-opini, bahkan untuk mengungkapkan sesuatu yang nyata-nyata dilihat langsung pun (reportase) seringkali terasa sulit. Persoalannya adalah pada Diksi.

Diksi adalah pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis. Kata-kata dan gaya menjadi wakil peristiwa atau isi pemikiran si Penulis sehingga pembaca menjadi tahu apa yang ingin diungkapkan penulis . Bukan hanya paham namun sebisanya mampu memberi kesan yang mendalam.

Fungsi dari diksi antara lain :

  • Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
  • Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
  • Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
  • Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
    (sumber )

Secara garis besar ada 3 jenis tulisan, yakni Reportase, Opini, dan Fiksi. Ketiga hal ini menjadi kunci awal yang harus anda sadari sebelum anda membuat tulisan. Masing-masing memiliki gaya diksi yang berbeda dan ciri-ciri tersendiri.

-Bila ingin membuat reportese, jangan menggunakan diksi yang bergaya opini atau fiksi. Selain menyalahi 'aturan', apa yang ingin anda sampaikan kepada pembaca tidak akan sampai.

Pemilihan diksi harus cermat agar menarik pembaca, tulisan tidak menjadi rancu yang membingungkan pembaca.

Ketika anda melihat langsung kecelakaan dijalan dan anda ingin menuliskannya maka sedari awal harus tahu dulu jenis tulisan yang akan anda buat.

-Bila anda menulis kronologis kecelakaan itu lengkap dengan data fisik lapangan berikut foto-fotonya maka tulisan anda masuk reportase.

Contoh ;

Pada pukul 9 pagi terjadi kecelakaan antara Bus Kopaja dengan sebuah motor Honda Beat warna hitam di Jalan Sudirman. Kejadiannya sekitar 10 meter di depan saya yang sedang menunggu taksi di shelter no6.

Pengendara motor tewas di tempat. Korban tergencet dibawah kolong bus. Sementara kaca bus pecah, bagian depan penyok, dan sopir bus melarikan diri.

Korban seorang wanita, pelajar SMU 501 dilihat dari seragam yang digunakan dan tas sekolahnya yang berlogo SMU 501. Akibat kecelakaan itu kepalanya pecah, gumpalan otak dan darah berceceran dibawah kolong bus Kopaja, dst.

 

-Bila anda menulis kecelakaan itu berdasarkan pemikiran anda dari sudut pandang tertentu, misalnya kelalaian berlalu lintas maka tulisan anda termasuk jenis Opini.

Contoh :

Kita tak tahu kapan ajal menjemput dan dengan cara apa terjadi. Kecelakaan tragis di Jalan Sudirman tadi pagi merenggut nyawa seorang pelaja SMU. Kejadian itu telah memberi pelajaran kita semua untuk hati-hati berkendara. Hal yang utama adalah selalu memperhatikan rambu-rambu lalulintas dan pakailah helm secara benar. Kita memang tak  tahu kapan ajal tiba, tapi setidaknya hal-hal yang berbahaya bagi jiwa bisa sejak awal kita antisipasi, dst...

 

-Bila anda setelah melihat kecelakaan itu anda menulis puisi tentang kematian dan lalu lintas dengan kalimat-kalimat metaphora, penuh kiasan, tanpa menyebut obyek korban, kejadian, dan tempat secara jelas, maka kemungkinan tulisan anda adalah fiksi berupa puisi.

Contohnya:

Jalur hitam berhias garis-garis putih
Harusnya, ada bijak di sajikannya. Seperti pahlawan yang tersematkan di namanya.

Hitam adalah bijak
Putih adalah tuntunan
Mata tak pernah bohong padanya

Tapi, ketika manusia berseteru dengan waktu
Dan bersekutu dengan egoisme
Jalur itu tak lagi bijak, ia telah jadi panggung pembantaian. Pencerabut nyawa tak terkira.

Seperti pagi tadi. Tepat dimataku. Tunas muda melepas keceriaan. Dalam sunyi keilahian.
Terbaring dia di jalur hitam
Dengan seragam putih penuh darah !

Perhatikan tiga buah contoh di atas. Dengan tema yang relatif sama, hasil tulisan bisa berbeda. Roh tulisan pun berbeda secara ekstrim. Dengan memahami langkah awal ini, anda akan lebih mudah meramu diksi secara lebih detail sesuai dengan wawasan, passion, dan 'selera' anda bertutur tentang suatu kejadian atau pemikiran.

Sekian

-------

(tulisan berikut tentang cara meramu diksi)

Sumber referensi ; Satu, Dua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun