Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dibalik Optimisme Dolar Jokowi Ada Wajah Anis Baswedan

27 Agustus 2015   04:38 Diperbarui: 11 Maret 2018   09:40 3793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber gambar ; dokpri"]

[/caption] Drumband Akabri

Maaf. Sungguh itu pikiran liar dan gila ditengah keramaian. Ah, mungkin saya sedang dehidrasi? Cari minuman dingin dulu, ah..

Kalau itu terjadi, saat dolar sedang naik tak terkendali, pasar makro sedang goyah maka optimis masyarakat mendadak sirna, kepercayaan mereka pada negara pun akan hilang. Maka jadilah sejarah '98 terulang dalam versi berbeda.

Kenapa demikian ? Apa hubungannya ?

Karena optimisme masyarakat (setidaknya dari pengamatan kecil saya di sana) ada pada sosok personal Jokowi. Mereka masih percaya pada Jokowi. Dia menjadi kunci dan lokomotif rakyat kecil untuk tetap tenang di saat hiruk pikuk analisis para ahli ekonomi-politik di berbagai media. Optimisme itu masih 'genune'. Masih perawan.

Bukankah ragam komentar ahli dan analisis itu bisa bermata dua? Di satu sisi mencerahkan dan memuat optimisme, namun di sisi lain bisa menjadi 'stimulan provokasi' dan ke-pesimis-an !!

Sampai saat ini sisi pencerahan dan optimisme masih kuat mengemuka.

[caption caption="sumber dokpri"]

[/caption]Jokowi (baju putih rompi coklat) berada di sebelah kanan Cornelis (baju merah)

 

Jokowi di Atas Mobil Hias Terbuka

Tak lama kemudian rombongan parade Karnaval sudah muncul. Masyarakat antusias menyambutnya. Mereka yang ditepi jalan beranja ke tengah. Sementara petugas keamanan sibuk menertibkan batas agar parade bisa lancar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun