[caption caption="sumber gambar ; dokpri"]
Maaf. Sungguh itu pikiran liar dan gila ditengah keramaian. Ah, mungkin saya sedang dehidrasi? Cari minuman dingin dulu, ah..
Kalau itu terjadi, saat dolar sedang naik tak terkendali, pasar makro sedang goyah maka optimis masyarakat mendadak sirna, kepercayaan mereka pada negara pun akan hilang. Maka jadilah sejarah '98 terulang dalam versi berbeda.
Kenapa demikian ? Apa hubungannya ?
Karena optimisme masyarakat (setidaknya dari pengamatan kecil saya di sana) ada pada sosok personal Jokowi. Mereka masih percaya pada Jokowi. Dia menjadi kunci dan lokomotif rakyat kecil untuk tetap tenang di saat hiruk pikuk analisis para ahli ekonomi-politik di berbagai media. Optimisme itu masih 'genune'. Masih perawan.
Bukankah ragam komentar ahli dan analisis itu bisa bermata dua? Di satu sisi mencerahkan dan memuat optimisme, namun di sisi lain bisa menjadi 'stimulan provokasi' dan ke-pesimis-an !!
Sampai saat ini sisi pencerahan dan optimisme masih kuat mengemuka.
[caption caption="sumber dokpri"]
Â
Jokowi di Atas Mobil Hias Terbuka
Tak lama kemudian rombongan parade Karnaval sudah muncul. Masyarakat antusias menyambutnya. Mereka yang ditepi jalan beranja ke tengah. Sementara petugas keamanan sibuk menertibkan batas agar parade bisa lancar.