Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Wujud Pemaknaan Berkompasiana (Refleksi Sebab Artikel Pakde Kartono Jarang Headline)

14 Juli 2015   02:15 Diperbarui: 14 Juli 2015   02:15 1458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara Politis, oleh admin Kompasiana, posisi Pakde seperti Ruhut Sitompul di Demokrat. Dia menjadi 'corong' dan pembangun hingar-bingar Kompasiana dengan gaya usil-main tabrak-ceplasceplos-colakcolek sehingga publik gemes! Partai pun jadi populer dan makin renyah di tengah publik.

Orang seperti ini cocok ditempatkan di lapangan-ditengah hiruk-pikuk publik, bukan sebagai 'pemimpin' tingkat jajaran elit yang 'serius abiss'. Makanya kasta Pakde Kartono dibiarkan tetap Hijau karena kalau Biru...pakde akan berubah jadi serius, kehilangan rasa humor, dan jaim mirip SBY yang pemikir sampai kantong matanya membesar dan hitam. Akibatnya Kompasiana akan kaku seperti Anu kalau lagi Nganu.

Diposisi politis itu status Biru dan langganan HL pakde justru akan membuat publik Kompasiana yang tadinya riang gembira jadi minder, merasa jauh dari si sosok, serta segala inferioritas lainnya. Maklum saja HL dan Biru tak terjangkau oleh kebanyakan Kompasianer. Mereka tak akan pernah merasakan lagi pesta-pesta dari si Pembuat Pesta !

Padahal banyak pembaca Kompasiana hadir untuk berpesta, bukan mencentang papan statistik. Kalaupun dalam pesta itu papan statistik tercentang, itu tak lebih dari konsekuensi logis sebuah pesta dan serapan personal yang tak terelakkan.

Kedua

Secara teologis terselubung, admin ingin 'mengajarkan' para Kompasianer bahwa tidak ada mahluk Kompasianer yang sempurna. Karena kalau sempurna, maka tidak ada lagi tantangan yang ingin dihadapi, dipecahkan dan dinikmati secara keroyokan.

*****

[caption caption="http://www.bartuder.com/wp-content/uploads/push_yourself_to_the_limit_.jpg"]

[/caption]

Pencarian diri dan Limit

Dengan ketaksempurnaan itu Kompasianer akan selalu mencari dan terus mencari kesempurnaan hingga di Limit kesekian namun tak sampai garis sempurna. Proses mencari inilah penuh dinamika dan spektrum warna tak berkesudahan yang menjadikan Kompasiana selalu hidup, berdenyut, menggelinjang, melenguh tanpa Orgasme apalagi Squirty ! Di 'proses menuju' itulah kenikmatan sesungguhnya tersaji ! Ingat, bukan puncak kenikmatan-yang akan usai ditelan sunyi bersaut dengkuran tanpa arti.

Sosok si Limit itu oleh Kompasiana diciptakan dan diwakili sosok Pakde Kartono. Disitulah dia menjalani nasibnya tanpa dia pernah sadari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun