Oleh : Ni Wayan Pebi
NIM : 1802622010544
Prodi : Akuntansi A Gianyar
FEB UNMAS DENPASAR
Saham 'gorengan' sedang menjadi sorotan tidak hanya otoritas bursa dan pasar modal, tetapi juga Presiden Joko Widodo.
Saham Gorengan adalah sebutan bagi pergerakan harga saham yang dimanipulasi oleh para pelaku pasar. Biasanya, pada saat lantai bursa di buka pelaku pasar mulai melakukan penawaran lebih dengan tujuan untuk menaikan harga.
Rasa gorengan yang enak, harga yang murah dan bisa berubah cepat, namun bisa menimbulkan penyakit bisa kita jadikan analogi dari saham gorengan yang bisa anjlok drastis dalam waktu singkat.Itu sebabnya, untuk menghindari kerugian saham gorengan, saham seperti berikut tidak boleh untuk kita pertahankan lebih lama.
Saham gorengan memang menggiurkan para investor dengan iming-iming return yang besar meskipun dana yang kita keluarkan cenderung kecil.sama halnya dengan harga gorengan yang bisa berubah kapan saja, harga saham gorengan yang kita pilih bisa tiba-tiba anjlok sampai 30 persen di esok harinya. Pada akhirnya kerugian besar yang kita dapatkan.
Ciri-Ciri Saham Gorengan
1. Ciri pertama dari Saham Gorengan adalah harga yang tidak beraturan. Contohnya, apabila di hari ini Anda melihat saham tersebut bertengger di harga Rp 200 perak saja. Kemudian, menjadi Rp 250 dan beberapa saat kemudian menjadi Rp 300 atau Rp 400-an. Tiba-tiba dikeesokan harinya, saham ini kembali anjlok lagi ke Rp 200 perak. Ketika harganya naik, para investor langsung melepas saham itu dan menikmati keuntungannya. Inilah yang membuat harga saham tersebut di lelang dengan mudahnya. Namun ketika harga kembali menjadi Rp 200 perak, saham menjadi tidak laku. Kalaupun ada yang beli, return juga tidak bakal naik sesuai dengan yang diharapkan.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa bandar saham yang menggerakkan harga tersebut sehingga harga saham menjadi naik dan turun secara drastis hingga mencapai batas auto reject bursa. Investor yang sudah terlanjur membeli saham, sudah pasti masuk ke dalam jebakan bandar saham tersebut.
2. Ciri kedua adakah pada saham gorengan, pergerakan keuntungan seringkali tidak sesuai dengan kinerja fundamental perusahaan tersebut. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa bandar saham yang menggerakkan harga tersebut sehingga harga saham menjadi naik dan turun secara drastis hingga mencapai batas auto reject bursa. Investor yang sudah terlanjur membeli saham, sudah pasti masuk ke dalam jebakan bandar saham tersebut.
3. Ciri ketiga Pada saham gorengan umumnya memiliki kapitalisasi pasar yang tergolong kecil, biasanya di bawah Rp 1 Triliun. Jika saham tersebut memiliki nilai pasar yang kecil, maka bandar saham pun bisa dengan mudah memainkan harganya atau menguasai supply-nya, sehingga harga bisa naik dan turun secara drastis.
4.Ciri selanjutnya yaitu berasal dari Saham Lapis Tiga. Saham lapis tiga adalah saham yang memiliki kapitalisasi di bawah Rp 500 miliar dan harga saham per lembarnya juga rata-rata memiliki harga yang relatif murah, seperti Rp 50 hingga Rp 100 perak per lembar. Hal tersebut akan membuat para investor berlomba-lomba untuk memborong saham tersebut dengan harga yang tinggi untuk mendapatkan return yang besar.
Bagaimana cara menghindari Saham Gorengan
1. Pantau Pergerakan Saham
Jika Anda tetap tertarik ingin membeli saham sejenis ini, sangat wajib untuk terus memantau pergerakan harganya. Pergerakan saham gorengan yang cepat, jika luput sedikit dapat mengakibatkan kerugian yang sangat dalam.
2. Pelajari Analisis Bandarlogi
Analisis bandarmologi adalah metode analisis saham yang menganalisis pelaku jual beli saham. Metode ini dipakai untuk mendeteksi keberadaan bandar saham di bursa. Bandar saham selalu membeli dalam jumlah besar, yang disebut sebagai akumulasi. Saat menjualnya, bandar juga akan menjualnya dalam jumlah besar atau yang disebut distribusi. Karena itu penting untuk mempelajari pergerakannya ketika membeli saham gorengan.
3. Pilih Investasi yang Jelas
Pilihlah investasi yang jelas dan transparan. Dengan kecanggihan teknologi, Model bisnis ini memungkinkan masyarakat luas untuk dapat membiayai individu atau bisnis melalui layanan keuangan berbasis online. Investor dapat memilih bisnis atau individu mana yang ingin dibiayai. Investor pun akan mendapatkan keuntungan darinya.
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) buka-bukaan soal “Saham Gorengan”. Manajemen BEI mengumungkan bahwa pada tahun 2019 ada 41 saham yang diduga terindikasi sebagai saham gorengan dengan nilai rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) sebesar 8,3 persen dari RNTH 2019 sebesar Rp9,1 triliun.
Direktur BEI mengatakan bahwa Kontribusi saham gorengan terhadap volume (transaksi) memang besar, karena saham recehan. Tetapi, secara value cuma 8,3 persen dari total RNTH kumulatif di 2019. Ada 41 saham yang diduga terindikasi.
Ia menjelaskan bila cara BEI mengidentifikasi saham gorengan dengan melakukan pengamatan terkait kewajaran pergerakan harga saham terhadap fundamental perusahaan.
Sayangnya, tidak ada ketentuan yang memperkenan BEI untuk mempublikasikan saham yang masuk kategori saham gorengan, terlebih lagi indikasi saham gorengan tersebut bersifat dugaan. Tetapi, 50 persen dari 41 saham itu sepertinya sudah diketahui masyarakat.
Maraknya kabar tentang saham gorengan menjadi sentimen negatif, namun hal tersebut tidak mempengaruhi minat investor asing yang umumnya berminat pada saham di Indeks LQ45 atau IDX30. Saham-saham yang disebut sebagai saham gorengan, berbeda dengan minat investor asing.
Ia mengungkapkan bila katalis yang mempengaruhi investor asing lebih besar kepada sentimen global terkait isu global saat ini di Timur Tengah, terkait perselisihan Iran versus AS. Sentimen yang mempengaruhi investor asing juga terkait kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi politik. Tetapi, politik Indonesia stabil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H