Lagi, seonggokkan hinaan harus membuat perih luka hati.
Kakiku tak beralas,
Di sekitar jalan dipenuhi kerikil tajam
Mereka tak ada yang memberiku sepucuk sandal,
Kakiku berdarah-darah.
Pukulan demi pukulan,
Cacian demi cacian terus kuterima.
Perih...
Lebih perih lagi ketika aku disebut sebagai pengkhianat,
Pengkhianat-Mu Bapa.
Tubuhku kali ini serasa remuk.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!