Mohon tunggu...
Paulus Hurit
Paulus Hurit Mohon Tunggu... Petani - tidak sekolah

jalan-jalan, dan menghayal

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lelaki di Teras Perpustakaan

7 Desember 2024   08:07 Diperbarui: 7 Desember 2024   08:13 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di depan teras perpustakaan

Seorang lelaki lagi duduk merekam pagi

Matanya menatap kesunyian yang rapuh

Bibirnya terlihat merapal nada-nada abstrak

Dalam huruf-huruf mati yang bertingkah

hurut-huruf mati itu menjadi kumpulan diksi-diksi yang sunyi

Sesunyi hatinya yang kala menjelma pagi

Kicauan burung pun ikut meratapi kesunyian itu

Di depan teras perpustakaan

Lelaki itu sedang merayu waktu

Ia sedang memangku lamunan di atas kursi kayu lapuk bertubuh namun tak berjantung

Tubuh kursi itu hidup dalam hembusan nafas penyair

Lelaki itupun mulai sadar

kelapukan kursi adalah kefanaan diri sang penyair

Dan diksi-diksi sunyi adalah syair keabadian

Lelaki itu terlihat seperti bajingan kesepian

Di depan teras perpustakaan

Lelaki itu sedang memanjakan penanya

Yang di dalam penanya itu terlintas berjuta-juta lamunan yang tak bisa diungkapkan secara lisan

Ia hanya bisa memahatnya di tembok-tembok lusuh bertajuk "Sunyi"

Sambil ia memandang burung-burung yang mengepakan sayapnya

Berusaha menghibur hati lelaki yang sepih

Pada mentari yang kian sempurna memancarkan cahayanya

Lelaki itu mulai bercerita apa adanya pada kesunyian

Tentang petualangan hati

Yang merantai di atas kursi lapuk itu

Ia mulai bercerita apa adanya pada pagi

Dalam kata-kata

Lelaki itu tak mau hatinya terbenam dan padam

                                                                                 Bukit Ledalero, 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun