Tubuh kursi itu hidup dalam hembusan nafas penyair
Lelaki itupun mulai sadar
kelapukan kursi adalah kefanaan diri sang penyair
Dan diksi-diksi sunyi adalah syair keabadian
Lelaki itu terlihat seperti bajingan kesepian
Di depan teras perpustakaan
Lelaki itu sedang memanjakan penanya
Yang di dalam penanya itu terlintas berjuta-juta lamunan yang tak bisa diungkapkan secara lisan
Ia hanya bisa memahatnya di tembok-tembok lusuh bertajuk "Sunyi"
Sambil ia memandang burung-burung yang mengepakan sayapnya
Berusaha menghibur hati lelaki yang sepih
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!