Mohon tunggu...
Paulus Hurit
Paulus Hurit Mohon Tunggu... Petani - tidak sekolah

jalan-jalan, dan menghayal

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dapur Emak

26 September 2024   13:00 Diperbarui: 26 September 2024   13:02 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dapur Emak

Tiba-tiba rindu berjatuhan pada dapur emak

Dapur emak merasuk dalam kalbu

Aku hanya bisa menanak puisi padanya tentang tungku yang tak pernah padam dalam tungku imajinasiku

Pagi yang dingin

Aku terbangun dengan remah-remah mimpi masih berhamburan dalam kepala

Yang begitu sempurnah memanjakan mata

Aku disuguhkan dengan pemandangan yang sempurna

Dengan aroma yang terus menusuk-nusuk lambung

Dihadapan tungku emak aku bagaikan bayi yang merengek minta susu

Sungguh hangantnya dapur emak

Uap kopi meninggalkan embuh pada jendela rasa

Yang tercium mengengat kulit yang masih belia

Dapur emak isinya pelangi

Membentang indah di ufuk jantung

Kasihnya tak luntur dari kabut tebal

Yang keluar dari  tungku

Emak tetap pelik menanak harap dalam pangkuan kasih yang tak pernah luruh

Emak duduk begitu kusyuk dan manis di sudut bibir tungku

Dengan mata terlipat-lipat bagaikan cakar ayam

Mulut emak merapalkan doa

Di hadapan tungku yang masih menyala

Berharap tungku emak tak  padam

Agar  bisa mencurahkan kasihnya di atas piring

Tubuh emak meliuk-liuk sempurna  pada  tungku basah

Basah karena air mata kasih yang ditumpahkan

Dari mata lebam

Yang diperas oleh asap kehidupan

Dapur emak jadi pemenang pagi itu, siang itu, soreh itu maupun malam itu

Ketika senja menyalak angkuh dari sudut barat

Kasih emak pada tungku mengalahkan sejuta penantian yang  ada di sana

Rindu telah kembali dalam dapur emak

Tak pernah tenggelam pada  malam kelam

Tak pernah berjanji

 Dapur emak memberi harap dan kehidupan

Meyala sepanjang hayat

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun