Jika kita lihat pada sisi lain, Indonesia sebenarnya sudah menunjukkan progres yang cukup menjanjikan selama beberapa tahun terakhir. Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia mencatat kenaikan tingkat kerukunan antarumat beragama (KUB). Dari 73,09% di tahun 2022, ke 76,02% di tahun 2023, dan 76,47% di tahun 2024.
Lantas, bagaimana muncul pesan dalam kegiatan ekskursi yang mendorong toleransi, jika kenyataannya menunjukkan tren yang positif? Saya pikir, hal tersebut datang dalam lingkungan yang diciptakan oleh toleransi itu sendiri. Kita mendapat privilege untuk tinggal di lingkungan yang menerima perbedaan. Kita mungkin lupa akan permasalahan yang muncul karena tidak adanya toleransi tersebut sampai akhirnya kita menghidupkan kembali ide diskriminasi karena kesan tidak nyatanya masalah tersebut.
Dari itu, saya melihat ekskursi sebagai sebuah pengalaman yang bertujuan untuk "memperbaharui" pola pikir kita. Pancasila, nilai-nilai UAP, dan semacamnya sudah sering ditekankan ke sekolah. Kegiatan ekskursi mengkonkretkan konsep-konsep kelas itu ke hidup nyata, membuka mata Kanisian atas perbedaan yang tidak bisa dipisah dari realita.
Penutup
Demikian, pengalaman ekskursi menjadi halaman terakhir dari pembangunan karakter di Kolese Kanisius. Meski waktunya yang relatif singkat, kegiatan ini menghasilkan pengalaman yang sama dalam maknanya dengan kegiatan-kegiatan lain selama tahun ajaran di Kanisius. Semoga makna ini bisa diturunkan ke angkatan berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H