Mohon tunggu...
Paulus Adhitama
Paulus Adhitama Mohon Tunggu... Sales - salah seorang pelaku industri pariwisata di bidang tour ziarah

Nama Saya Paulus Adhitama, biasa dipanggil Adhi. Saya berkecimpung di dunia travel, secara khusus di pelayanan ziarah. Tujuan ziarah mulai dari Yerusalem maupun ke Lourdes dan berbagai tempat ziarah di berbagai belahan dunia lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pengalaman Naik Pesawat ke Turki di Era Pandemi

11 Januari 2021   15:30 Diperbarui: 16 Januari 2021   17:55 2916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh jacqueline macou via pixabay.com

Situasi dalam pesawat

Your attention please, passengers of Turkish Airlines on flight number TK 52 to Istanbul please boarding from door 9. Thank you,” Panggilan untuk masuk pesawat membuyarkan lamunan sesaatku. Akh…sudah lama tidak mendengar pengumuman ini. Jadi lebih terdengar merdu hehehe... Sekarang saatnya masuk ke perut Boeing 777-300ER.

Setelah boarding pass discan dan dicek passport kaki saya melangkah melewati garbarata. Sebelum tiba di pintu pesawat ada seorang pramugara berdiri di belakang meja kecil.

Di meja tersebut sudah tersedia satu kantong amenity kit dengan bungkus plastik tersegel. Penumpang tinggal ambil saja. Isinya: 3 masker masing-masing dibungkus plastik bening, dua bungkus tissue basah dan satu botol kecil hand sanitizer. Jauh lebih sedikit dibandingkan travel kit sebelum pandemi: pouch dari bahan beludru, slippers, kaos kaki, penutup mata, sikat gigi + odol, lip balm & ear plug.

Sampai di bangku saya mendapatkan selimut yang dibungkus plastik. Selain itu juga terdapat ear phone kecil. Biasanya disediakan head seat yang akan dikumpukan kembali oleh pramugari pada saat mau landing.

Mungkin hal itu dibuat dengan pertimbangan hyginitas. Termasuk sekarang sudah tidak ada lagi bantal kecil. Padahal kalau saya bawa group ziarah yang ada rute ke Mesir, saya selalu sarankan peserta ambil bantal kecil tadi sebagai ganjal duduk pada saat naik onta di Gunung Sinai hehehe…

Sebelum pesawat take off biasanya pramugari akan membagikan handuk hangat, tetapi sekarang sudah tidak ada. Pintu pesawat sudah ditutup dan saya melihat ke seliling. Tempat duduk tidak terisi penuh. Mungkin paling banyak tiga perempat saja yang terisi. Sebagai seorang tour leader itu artinya ada kesempatan untuk mencari bangku tiga baris yang kosong. Lumayan bisa rebahan tatkala penerbangan panjang selama 12 jam lebih ini.

Makanan di pesawat

Sekarang kita mau lihat perbedaan inflight mealnya. Biasanya setelah pesawat berada dalam ketinggian jelajah, pramugari akan membagikan card menu yang berisi menu makan malam dan sarapan yang bisa dipilih.

Selain itu juga ada list minuman yang bisa dipilih selama penerbangan mulai dari air mineral, jus, sampai minuman alcohol. Itu biasanya lho... Tapi dalam penerbangan kali ini tidak ada. Artinya apa? Yup…artinya semua makanan & minuman yang akan diberikan semua dalam bentuk meals box. Itupun tidak semua bisa disajikan.

Sekitar 40 menit terbang, kru kabin yang semuanya pastinya pakai masker, membagikan makan malam dalam box. Setelah dibuka box berwarna merah itu isinya: salad, roti sandwich isi daging cincang, buah potong, kue coklat dan segelas air mineral. Selain itu ada pisau & garpu plastik, tissue makan, garam serta black pepper. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun