Mohon tunggu...
Paulus Tukan
Paulus Tukan Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pemerhati Pendidikan

Mengajar di SMA dan SMK Fransiskus 1 Jakarta Timur; Penulis buku pelajaran Bahasa Indonesia "Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMA", Yudhistira.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gonjang-ganjing Mudik Vs Pulang Kampung Hanyalah Retorika Kehilangan Konteks

26 April 2020   06:30 Diperbarui: 26 April 2020   06:42 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penjelasan istana mengenai makna mudik dan pulang kampung di atas sudah barang tentu tidak diterima oleh banyak pihak, terutama pakar linguistik. 

Akan tetapi, saya berpendapat, pembicaraan ini harus dihentikan. Bahwa adanya pandangan kritis dari para pakar linguistik beberapa hari belakangan ini menjadi masukan bagi Lembaga Bahasa untuk mempertimbangkannya di saat negara kita sudah terbebas dari Covid-19.

Marilah kita mengakhiri polemik ini dengan mendudukan kembali kata mudik dan frasa pulang kampung dalam konteks pemutusan mata rantai penyebaran Covid-19.  Kita tinggalkan konsep dan pengertian-pengertian mengenai mudik dan pulang kampung karena hanya akan menyedot energi kita. 

Dengan tanpa memperpanjang lagi polemik ini, kita mendukung berbagai upaya yang telah ditempuh  pemerintah agar virus corona segera hilang dari bumi Indonesia. 

Marilah kita menyatukan energi untuk berperang melawan virus corona, daripada berlama-lama membicarakan hal-hal yang menggiring publik ke dalam sikap yang berpotensi memecah perhatian pemerintah.

Akhirnya, sebagai bentuk kepedulian kita terhadap upaya pemerintah, marilah kita, berdisiplin diri dengan menjaga jarak, bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah dari rumah.

Semoga niat baik kita diberkati oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Cakung, 26/04/2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun