Penjelasan istana mengenai makna mudik dan pulang kampung di atas sudah barang tentu tidak diterima oleh banyak pihak, terutama pakar linguistik.Â
Akan tetapi, saya berpendapat, pembicaraan ini harus dihentikan. Bahwa adanya pandangan kritis dari para pakar linguistik beberapa hari belakangan ini menjadi masukan bagi Lembaga Bahasa untuk mempertimbangkannya di saat negara kita sudah terbebas dari Covid-19.
Marilah kita mengakhiri polemik ini dengan mendudukan kembali kata mudik dan frasa pulang kampung dalam konteks pemutusan mata rantai penyebaran Covid-19. Â Kita tinggalkan konsep dan pengertian-pengertian mengenai mudik dan pulang kampung karena hanya akan menyedot energi kita.Â
Dengan tanpa memperpanjang lagi polemik ini, kita mendukung berbagai upaya yang telah ditempuh  pemerintah agar virus corona segera hilang dari bumi Indonesia.Â
Marilah kita menyatukan energi untuk berperang melawan virus corona, daripada berlama-lama membicarakan hal-hal yang menggiring publik ke dalam sikap yang berpotensi memecah perhatian pemerintah.
Akhirnya, sebagai bentuk kepedulian kita terhadap upaya pemerintah, marilah kita, berdisiplin diri dengan menjaga jarak, bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah dari rumah.
Semoga niat baik kita diberkati oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Cakung, 26/04/2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H