Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ballon d'Or 2024, Kenapa Rodri Menang atas Vinicius Jr?

30 Oktober 2024   10:49 Diperbarui: 30 Oktober 2024   14:22 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ballon d'or 202, Kenapa Vinicius Junior Kalah dari Rodri?

Ballon d'or 202 telah diumumkan. Pemenangnya Rodri dari Manchester City berkebangsaaan Spanyol  bukan Vinicius Junior dari  Real Madrid yang berasal dari Brasil. Media riuh rendah menganalisis mengapa ini dan itu.

Bos penyelenggara Ballon d'or menyatakan, bahwa kemungkinan besar kekalahan Vini karena ada dua pemain Madrid yang memecah suaranya, mereka ada di dalam jajaran elit kandidat pemenang. Ini hal yang sangat wajar, karena fanatisme klub dan asal negara juga memberikan pengaruh.

Sebab lain, karena malah Madrid memboikot dengan tidak hadir. Mereka meminta bocoran dan ditolak, dan mengira mereka, terutama Vini tidak menang. Alasan yang dinyatakan penyelenggara sangat masuk akal.

Berbeda dengan kubu para pendukung Vini, mereka mengatakan, kekalahan ini karena kampanyenya berkaitan dengan rasisme. Hal yang tidak  lebih logis dari pada alasan penyelenggara. Jauh lebih masuk akal keberadaan rekan setim    dari pada perjuangan positif. Toh, kini kurang kuat juga mengenai rasisme di dalam sepak bola. Berbeda dengan tahun-tahun  lalu. Keknya sudah tidak zamannya deh mengenai rasial ini.

Opini pribadi, Madrid selama ini begitu superior, apalagi ketika Barcelona sedang dalam masa transisi dan terpuruk. Mereka merasa semua bisa diraih, dan ketika tidak pasti, karena keberadaan Vinicius kali ini tidak cukup superior di klub ataupun negara, mereka pasti tidak yakin bisa menang.

Nah, pilihan untuk tidak hadir sangat bisa dipahami, dan itu berdampak pada kemenangan pihak lain. Pastinya tidak menyenangkan dan memuaskan mereka. Wajar datang kekecewaan dan narasi dan opini ini dan itu. Kipas media langsung on besar untuk mendapatkan berita empuk.

Beredar video sikap dan perilaku Vini yang arogan, sombong, dan merasa superstar. Hal yang membuat publik  dan juga pemilik hak pilih untuk vote enggan memberikan suaranya padanya. Hal yang bertahun-tahun tidak demikian, untuk Ronaldo dan Messi. Tentu tidak semua orang suka pada Leo atau CR7 tetapi tidak sebagaimana perilaku Vini.

Rodri jelas lebih kalem dan tenang, pemberitaan mengenai arogansinya hampir tidak ada. Jadi   lebih layak orang berpihak padanya.

Kemenangan bersama timnas Spanyol memberikan nilai lebih. Pada sisi lain Brasil sedang pada posisi yang tidak baik-baik saja. Malah cenderung pada masa di mana timnas mereka pada kondisi yang terburuk setelah sekian lama selalu menjadi rujukan pemenang ini dan itu.

Ungkapan sebelum menang yang sangat percaya diri saat dibantai Barcelona juga membuat citra Vini lebih jelek. Hal yang sama tidak terjadi pada Rodri.  Sikap mentalnya yang membuatnya jatuh.

Apalagi diperparah usai tidak menang Ballon d'or yang gagal ia raih, dengan mengatakan akan sepuluh kali lipat lebih baik. Hal yang lagi-lagi tidak pernah dilontarkan Messi ataupun CR7 yang pernah kalah dan pemenang lebih dari lima kali. Mereka berdua mencapai menang dan kalah berkali-kali, karena kalau satu menang satu kalah. Mereka tetap hadir, dan tidak sesumbar seperti ini.

Statistik permainan, pertandingan, dan piala dibeber membandingkan Rodir dan Vini, dan memberikan gambaran yang memang lebih layak menang Rodri dari pada Vini. Hal yang sangat lumrah ternyata. Memang sangat jomlang, wajar yuri sang pemutus pemenang memberikan suaranya.

Keberadaan klubnya pun demikian. Madrid yang merasa superior sering arogan, lain dengan Manchester City yang memang baru banyak bicara di level Eropa dan ballon d'or lebih alim dan adem. Tidak banyak omong dan arogan, sehingga membuat simpati.

Hal yang akan selalu terulang ballon d'or memberikan pro dan kontra pemangnya siapapun akan dicela, karena beda pilihan. Toh terus juga lupa, ketika nomine diumumkan sudah mulai panas dan kasak kusuk, siapa yang akan menang. Ketika jagoannya tidak mendapatkan juara keluarlah kutukan, pernyataan, dan juga opini yang sering tidak juga tepat.

Apalagi di sini, yang memang lebih cenderung emosional dari pada rasional. Suka dan tidak lebih kental dari pada obyektivitas sebagaimana statistik permainan, juara, dan sebagainya.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun