Penolakan proposal perdamaian itu sangat lucu dan maaf naif. Bagaimana Presiden Jokowi sudah sampai sana. Perang masih terjadi, ini menteri yang statusnya adalah pembantu presiden mengajukan proposal sendiri. Ternyata Jokowi sebagai presiden tidak tahu. Wajar kemudian Menhan ini dipanggil presiden.
Menguap begitu saja , publik sudah lupa. Eh malah dikejutkan dengan pembelian pesawat tempur bekas dari Qatar. Penjelasan Menhan Prabowo, ini pilihan paling realistis karena;
Pembelian pesawat baru, paling cepet pada tahun 26 baru bisa beroperasi. Padahal pesawat yang dimiliki pada rusak. Perlu 12-18 bulan perbaikan dan perawatan. Pembelian ini wajar, kata Prabowo.
Mengapa wajar? Ternyata peminat pesawat bekas ini sangat banyak, dan karena kedekatan relasi Qatar memberikan hak pembelian pada Indonesia. Memenangkan dari banyak peminat lain.
Masa pakai masih cukup panjang 15-20 tahun, apalagi keberadaan Qatar yang kecil, sehingga jam terbang pesawat tempurnya juga rendah. Logis, namanya juga upaya meyakinkan publik.
Jelas saja ini masuk tahun politik, di mana dewan mulai berlomba-lomba untuk melakukan kritikan, meskipun tidak jarang mereka sebenarnya tidak paham apa yang terjadi di sana.
Melihat apa yang Prabowo lakukan dalam beberapa bulan terakhir ini, sangat menarik;
Pertama, ia mencari partner di luar kebersamaan dengan PKB. Bagaimana koalisi dibangun seolah  tidak menjadi pertimbangan Prabowo. Iya konsentrasi pada dirinya pokok menang. Tanpa mau tahu keberadaan teman atau partner yang bersama-sama berhitung.
Kedua. Apa yang dilakukan seolah kurang pertimbangan, apakah karena faktor usia atau karena sebab lain? Jika demikian     kan risiko besar ketika ia maju dalam kompetisi pilpres mendatang.
Ketiga, langkah politik dan personalnya gegabah. Tampak emosional tanpa kalkulasi sebagai seorang pemimpin dan politikus. Lagi-lagi berbahaya bagi bangsa dan negara ini. Taruhannya terlalu gede.
Keempat, fokus yang gagal, lihat saja langkahnya berkali-kali menjadi gagap dan gugup, sehingga menjadi ledekan bukan ledakan simpati. Maunya adalah memperoleh tanggapan positif sebagai  bekal maju pencapresan.