Maunya adalah bola salju yang akan menggelinding dan bisa terjadi kerusuhan yang melibatkan antaretnis atau suku. Pada tahun 98 bisa terjadi karena pergerakan dari dalam pulau Kalimantan. Keterlibatan orang atau lembaga yang kompeten untuk menciptakan situasi demikian jelas gede.
Kini, alasan untuk itu sangat minim. Ekonomi baik-baik saja, benar pandemi membuat keadaan tidak sebagaimana mestinya. Namun dibandingkan 98 keadaan jauh bertolak belakang. Â Padahal paling gampang marah itu orang lapar.
Keberadaan internet dan alat komunikasi sudah sangat canggih. Rekam jejak yang berbicara dengan cepat ditemukan dan bagaimana reputasinya. Alasan untuk mengikuti alur pikirnya menjadi sangat lemah. Menjadi bumerang karena memang tidak sebagaimana fakta yang ada.
Persoalan politik juga sudah seia sekata. Berbeda jika ada tiga atau empat fraksi, salah satu atau dua itu partai gede. Misalnya Gerindra dan Golkar mengatakan tidak, pernyataan Edy Mulyadi akan menjadi sebuah momentum yang tepat.
Fadli Zon akan melipir tidak menanggapi mengenai macan mengeong. Aman dan damai dengan lebih gencar soal Ahok.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H