Menghadapi pertandingan, sikap pada wasit juga membaik.  Keputusan kontroversial mereka cukup tenang. Padahal di klub mereka seperti apa bisa dipahami kan, pemain dan klub sangat buruk  tabiatnya. Mengeroyok wasit sudah menjadi sebuah kebiasaan.
Keberuntungan atau Perjuangan
Entah penyakit apa bangsa ini, sedikit-dikit pro dan kontra, saling hujat dan maki. Entah sampai kapan bisa berakhir dan bisa lebih adem. Memang sih, politikus yang menjadikan dikotomi dan dikit-dikit berantem, berimbas ke mana-mana.
Pertandingan melawan Singapura bukan sebuah keberuntungan. Kerja keras 120 menit yang layak mendapatkan hasil positif seperti itu. Â Bagaimana mereka bertahan dan menyerang demi meraih hasil baik, dan itu benar-benar terjadi.
Menggagalkan pinalti jelas titik balik. Kalau masuk selesai, ketika diblok, ya sudah Singapura yang makin terpukul. Hasilnya sudah diketahui dan itu modal untuk pertandingan nanti malam.
Kartu merah untuk pemain negeri singa juga sudah semestinya. Pelanggarannya jelas kog. Bandingkan kiper Thailand yang melanggar pemain lawan jauh di luar kotak pinalti dan didiamkan wasit. Cek sendiri di mana-mana ada potongan video itu.
Apa yang kudu dilakukan di final
Nah ini menjadi penting. Jika bermain seperti melawan sembilan pemain Singapura tentu sangat berat. Thailand sangat solid, karena mereka timnas senior yang sudah sangat sering tampil. Mereka juga jago memprovokasi permainan, apalagi timnas Indonesia masih terbilang muda. Masih brangasan.
Sisi nonteknis seperti pengalaman-pengalaman lampau sudah terminimalisasi karena pandemi. Jangan sampai politikus, elit-pejabat, dan para pemain cari muka bisa mendapatkan akses untuk membuat timas buyar konsentrasinya.
Posisi ini lho yang sering membuat timnas itu gagal. Secara teknis, kemampuan, dan daya juang sebenarnya tidak kalah jauh-jauh amat dengan Vietnam dan Thailand. Mengenai sisi nonteknis yang ngribeti.
Mental kalah sebelum bertanding sudah jarang mendominasi. Melawan Vietnam, suka atau tidak, mereka sudah meninggalkan tim nasional selama ini. Toh bisa seimbang. Melibas Malaysia dan Singapura itu sudah prestasi. Padahal dulu, mendengar nama Vietnam saja sudah keder.