Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pegawai Pajak Ditangkap KPK, Kurang Gaji?

11 November 2021   19:55 Diperbarui: 11 November 2021   20:19 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gelar berderet, namun isinya nol besar. Lha gelar bangsawan keraton saja diperjualbelikan, ijazah dan gelar akademik apalagi. Padahal darah yang mengalir itu yang membawa gelar, sama juga ilmu dan pengetahuan yang dimiliki yang memberikannya gelar untuk diakui. Toh bisa dibeli dan orang menghargai itu.

Malu yang tidak pada tempat dan konteksnya. Orang itu malu kalau maling, melanggar hukum, namun beda dengan masyarakat bangsa ini. Maling saja masih cengengesan, merasa diperlakukan tidak adil, mencari-cari pembenar dengan ayat-ayat suci.

Malah seolah bangga dengan keberadaannya yang disorot kamera sebagai kriminal namun malah merasa pahlawan dan pejuang yang sedang dibuang karena keberaniannya melawan penjajah. Ini kan naif. Bagaimana konsep benar-salah, baik-buruk saja ngaco tidak karu-karuan.

Malu miskin kemudian berjuang keras untuk mengubah keadaan itu bagus. Acungi jempol, namun bukan kemudian menggunakan segala cara, bahkan jalan yang buruk dan salah pun dibenarkan demi memperbaiki keadaan.

Agama semata label, belum jalan hidup. Masih berkutat pada label, hapal dan ritual, bukan amalan dan laku kebaikan. Lihat saja sudah ketangkap KPK karena maling kemudian menyitir ayat-ayat suci untuk memberikan seolah-olah itu hanya kecelakaan, dan kehendak Tuhan.

Ini memfitnah Tuhan. Yang membuat kalian maling itu iblis yang kamu izinkan, kog malah menyalah-nyalahkan Tuhan. Kurang ajar, namun malah mendapatkan simpati, karena keblinger dan mabuk agama. Pemahaman agama yang sangat dangkal.

Pendidikan. Proses dan perjuangan dipangkas dan menjadikan ujian sebagai tujuan akhir. Pokok lulus, entah bagaimana caranya. Nilai bagus menjadi jalan ke mana saja, padahal mendapatkan nilai tinggi dengan menyontek, membeli bocoran soal, dan sejenisnya.

Dunia pendidikan silakan datang dan dengarkan keluhan dan cerita para uru mengenai keberadaan pendidikan bangsa ini. Begitu banyak permasalahan, termasuk potong kompas, budaya instan, dan jual beli nilai dan predikat itu hal yang bias.

Termasuk di sini adalah, jual beli gelar, suap dan kolusi untuk mendapatkan kenaikan pangkat. Hal yang lumrah dalam dunia pendidikan kita. Bagaimana mereka mengajar jika perilakunya sendiri demikian.

Keteladanan.  Generasi muda kadang secara tidak langsung dididik dengan perilaku demikian itu. Merasa bahwa cara itu benar dan tidak apa-apa. Jadi, kesalahan komunal yang diulang-ulang, jadi menjadi bingung mau mengikuti yang mana.

Elit apalagi, jangan pernah bicara hal demikian, ketika berbicara ranah etis, moral, dan kebenaran pada kalangan mereka. Satu saja fokus kelas itu, kekuasaan yang akan mengantar pada uang dan materi melimpah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun