Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pegawai Pajak Ditangkap KPK, Kurang Gaji?

11 November 2021   19:55 Diperbarui: 11 November 2021   20:19 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pegawai Pajak Ditangkap KPK, Kurang Gaji?

Remunerasi pegawai Kementerian Keuangan menjadi prioritas. Gaji mereka menjadi sangat besar, dibandingkan dengan pegawai kementerian lain. Pemikiran dasarnya adalah gaji kurang, sehingga berpikir untuk mencari obyekan dan maling.

Melihat perjalanan waktu, terutama berkaitan dengan pajak, anggaran, dan model keuangan bukan mengenai gaji kurang. Ini masalah mental kere, maling, dan tidak merasa cukup. Pribadi model demikian, mau diberi upah, gaji, bonus, dan reward berapapun masih akan tetap mencari-cari celah untuk maling dan mengambil keuntungan.

Mengapa terjadi demikian?

Mentalitas kere. Susah dibangun pola pikir dan pola tindak, merasa cukup dan tidak bersikap kere. Orang yang memiliki mutu kere, ini bukan soal penghinaan pada kelompok miskin, bukan. Namun, siapapun yang memiliki mental kere, akan mengupayakan apapun demi mendapatkan keuntungan, termasuk dengan cara-cara yang tidak patut.

Ini mengenai sikap dasar, karakter, dan sudah mengarah pada budaya. Bagaimana elit pun banyak yang memiliki mental ini. Selalu mengeluh kurang, namun gaya hidupnya selangit. Hal ini hampir terjadi dalam seluruh lapisan masyarakat, dari ekonomi sulit hingga tingkat paling tinggi, elit negeri ini.

Nggrangsang. Rakus, tamak, dan tidak pernah merasa cukup. Konon seperti orang yang minum air laut, selalu kurang dan kurang terus. Lagi-lagi ini sikap, yang perlu kesadaran dan kemudian mau apa dengan model yang demikian.

Tanpa au tahu akar sikap yang ada di masyarakat, susah untuk diperbaiki. Mau gaji berapapun akan selalu merasa kecil dan kurang.

Penghormatan akan materi. Orang dihargai karena kekayaannya, bukan etos kerja, prestasi, apalagi kejujurannya. Anak-anak mungkin malu bapaknya gaji kecil karena temannya diantar sekolah pakai mobil mewah, padahal hasil curian, atau maling anggaran.

Di tengah masyarakat juga demikian. penghargaan atas kemewahan, mobil mewah, motor sport, rumah megah, pakaian bermerk menjadi sebuah obsesif. Kalau tidak mampu yang asli, Kw-nya juga diburu.

Lihat saja mentalitas demikian, sehingga merembet ke mana-mana dengan membeli ijazah, gelar, dan segala sesuatu yang bisa dibeliakan dibeli karena bisa meningkatkan citra diri di tengah masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun