Ketika relawan, pendukung, dan para penyemangat Jokowi ini malah salah tafsir, salah memahami dan merasa lebih tahu, itu adalah amunisi baru bagi pihak lawan untuk bisa menggembosi kekuatan Jokowi.
Berapa kali sih Jokowi membuat langkah yang sebenarnya identik ini? Berkali ulang, kata-kata Ahok, Jokowi itu menggodok kodok, beda dengan saya, menembak kodok. Membiarkan dulu dengan leluasa dan ketika sudah tidak berdaya diserok.
Lihat saja papa minta saham, Setya Novanto, bahkan sempat menjadi ketua DPR, ketua umum Golkar yang sangat erat dengan presiden baik kelembagaan atau pribadi. Ujungnya apa? Kena juga bui, meskipun penuh drama.
Tahun ini ada dua, Rizieq dan Munarman. Narasi yang sama, presiden lemah, kalah, dan kembali mengungkit jasa pilpres. Marah ketika bisa ditangani kembali memuji. Langkah yang sama, membiarkan dulu baru kemudian ditangani dengan relatif lebih mudah.
Pembubaran FPI juga begitu lama, seolah tidak sabar. Toh akhirnya bisa juga.  Tidak gampang memang, karena sudah saling asyik masyuk di semua lembaga negara, siapa kawan siapa  lawan itu sangat sumir.
Butuh kesabaran ekstratinggi. Nah ini, publik jarang bisa sesabar Jokowi menghadapi keadaan. Â Kembali soal betapa saling kait antara pembela bangsa atau perongrong negeri. Siapa kawan siapa lawan sangat susah. Blungkon menguasai negeri ini.
Tahan diri, selain sabar, Jokowi juga relatif tenang, jaga diri dan jarak, bukan model baperan dan konpras-konpres. Jika model demikian, strategi dan skenarionya kacau. Ini kesuksesan cara berpolitik Jokowi, bisa diam dengan berbagai serangan. Tidak mudah.
Membiarkan diri diserang yang membuat penyerang lengah itu sangat berat. Tidak banyak yang mampu, dan toh memang bisa sampai hari ini menyelesaikan masalah dengan lebih baik. Tidak banyak  menimbulkan kehebohan dan kebisingan.
Strategi yang memang tidak banyak yang suka, karena maunya yang heboh, langsung pukul, dan selesai. Khas model tinju Mike Tyson masa jayanya. Sekali pukul selesai, penggemar tinju era 90-an akan paham ini. Padahal tinju bisa juga keindahan dan kelincahan.
Grusa-grusu yang membuat keadaan tidak lebih baik untuk apa. Mbok sabar. Ungkapan yang benar-benar dihayati Jokowi.
Soal TWK ini masih proses, jangan gegabah menyimpulkan, karena masalah korupsi itu pelik dan tidak sesederhana membalik telapak tangan. Mereka orang pinter, punya jaringan, dan juga kekuasaan. Apa iya mau menebang pohon di tengah kampung, tanpa merantingi dulu, beda dengan di tengah hutan.