Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perilaku Babi dan Anak Negeri

21 November 2020   19:02 Diperbarui: 21 November 2020   19:06 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arahnya ke mana sih, mudah kog membaca mereka ada pada pihak mana, siapa kira-kira di belakang mereka, dan maunya mereka apa. Kadang orang tidak paham dengan model ini dan hanya pokoknya heboh, satu barisan, mencaci pemerintah, ikut, dan ketika kena pasal, mana mereka mampu berkelit.

Kepatutan, dulu ada kesempatan menjadi aparat negara dengan skema P3K, rekomendasi relatif aman, rekan-rekan mendukung karena ini kesempatan baik, dan posisi itu aman, karena kosong peminat. Toh tidak saya ambil karena jika masuk ke sana, mana bisa saya menulis dengan leluasa dan bebas. Salah satunya, saya tidak akan meludahi periuk saya sendiri. Untung tidak saya ambil, jika iya, saya lebih jorok dari babi dong.

Kadang orang tidak memikirkan sampai ke sana. Mengapa? Karena orang cenderung mengedepankan ego, kecepatan, dan kebersamaan. Padahal itu semua belum tentu pas dan baik jika mau merenungkannya lebih dalam lagi.

Anak-anak negeri ini layak bersikap demikian, lihat saja elit negeri ini, sangat biasa kentut di muka pemimpinnya seolah-olah baik-baik saja dan merasa itu tidak masalah.  Rakyat biasa sangat santai memaki pemerintah namun antri BLT terdepan, pun BPJS dibayari negara tanpa malu-malu.

Miris sebenarnya. Mengapa bisa demikian?

Pendidikan, hanya berkutat pada kognisi, hafalan, tidak sampai kepada pengalaman, apalagi pengamalan. Berhenti pada tahu semata. Maling, korupsi saja tidak peduli dan merasa baik-baik saja. Jadi, meludahi piring sendiri sih mana duli.

Agama, identik dengan pendidikan, hanya berkutat  pada ritual dan hafalan. Kaya raya namun memperlakukan pegawai bak budak, padahal religius amat. Mereka tidak peduli. Label, pakaian agamis, namun perilaku bengis sangat mungkin mereka lakukan sekaligus.

Miris sebenarnya bernegara model demikian, tangan kanan tangan Tuhan dengan memberikan derma dan memuji Allah, tangan kiri mencekik sesama dan maling dengan suka cita. Munafik yang amat sangat dan dibungkus dengan jubah kesucian lamis semata.

Terima  Kasih dan Salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun