Arahnya ke mana sih, mudah kog membaca mereka ada pada pihak mana, siapa kira-kira di belakang mereka, dan maunya mereka apa. Kadang orang tidak paham dengan model ini dan hanya pokoknya heboh, satu barisan, mencaci pemerintah, ikut, dan ketika kena pasal, mana mereka mampu berkelit.
Kepatutan, dulu ada kesempatan menjadi aparat negara dengan skema P3K, rekomendasi relatif aman, rekan-rekan mendukung karena ini kesempatan baik, dan posisi itu aman, karena kosong peminat. Toh tidak saya ambil karena jika masuk ke sana, mana bisa saya menulis dengan leluasa dan bebas. Salah satunya, saya tidak akan meludahi periuk saya sendiri. Untung tidak saya ambil, jika iya, saya lebih jorok dari babi dong.
Kadang orang tidak memikirkan sampai ke sana. Mengapa? Karena orang cenderung mengedepankan ego, kecepatan, dan kebersamaan. Padahal itu semua belum tentu pas dan baik jika mau merenungkannya lebih dalam lagi.
Anak-anak negeri ini layak bersikap demikian, lihat saja elit negeri ini, sangat biasa kentut di muka pemimpinnya seolah-olah baik-baik saja dan merasa itu tidak masalah. Â Rakyat biasa sangat santai memaki pemerintah namun antri BLT terdepan, pun BPJS dibayari negara tanpa malu-malu.
Miris sebenarnya. Mengapa bisa demikian?
Pendidikan, hanya berkutat pada kognisi, hafalan, tidak sampai kepada pengalaman, apalagi pengamalan. Berhenti pada tahu semata. Maling, korupsi saja tidak peduli dan merasa baik-baik saja. Jadi, meludahi piring sendiri sih mana duli.
Agama, identik dengan pendidikan, hanya berkutat  pada ritual dan hafalan. Kaya raya namun memperlakukan pegawai bak budak, padahal religius amat. Mereka tidak peduli. Label, pakaian agamis, namun perilaku bengis sangat mungkin mereka lakukan sekaligus.
Miris sebenarnya bernegara model demikian, tangan kanan tangan Tuhan dengan memberikan derma dan memuji Allah, tangan kiri mencekik sesama dan maling dengan suka cita. Munafik yang amat sangat dan dibungkus dengan jubah kesucian lamis semata.
Terima  Kasih dan Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H