Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Novel] Putihnya Cintamu Seputih Jubahku

28 Juli 2020   13:36 Diperbarui: 28 Juli 2020   13:35 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

8.

 Angela Menikah

Kenangan itu satu demi satu hadir lagi, bagaimana tidak, ini tempat di mana  aku banyak bersama-sama dengan Angie. Komunikasi kembali terjalin. Media sosial dan vid call menjadi jembatan. Usai vid call itu, sama sekali tidak ada khabar dari Angie kecuali salam via medsosnya itu.

Berminggu aku hubungi semua seolah balik dulu lagi, diam dan hilang. Dany juga mengatakan yang sama. Artinya waktu hari pertama aku datang itu dia berkomunikasi dengan kami yang terakhir. Apa dia patah hati lagi, atau aku ada salah, kejujuranku kemarin direnungkan dan dia sesali, tidak mau membuatku salah langkah?

Hampir sebulan, Angela hilang,  media sosialku memberi tanda ada pesan masuk. Angie mengirim pesan.

Sebentuk undangan, dengan photo mereka di dalam banyak pose dan pemandangan Eropa yang sangat cantik, pemandangannya, bukan dua sosok di sana. Aku tidak rela tahu.... (Tuhan ini jujur, aku gak berdosa lho)

Aku ucapkan selamat dan terima kasih, salam buat John, kalian serasi, bohong lagi aku Tuhan, impas kan.....

Aku tutup smartphone-ku dan beralih ke laptop mau mengetik, eh buka email dulu, Angie lagi dengan kiriman yang sama. Lebih besar, duuuh sakitttttt....(ini jujur Tuhan....)

Ucapan yang sama dengan redaksi yang berbeda tentunya, sangat pantas dan serasi, kapan dikenalkan.....(Gak jujur lagi Tuhan, impas ya...)

Lama tidak ada khabar lagi, ilang lagi. Begitu, dan tidak begitu menjadi perhatian karena sekolah sangat membutuhkan tenaga dan pikirannku.

Arya, bulan depan kami akan balik, tunggu ya, nanti ketemuan dan aku kenalkan Masku, dia membahasakannya dengan Jawa banget. Ini, dia akan balik ke Amerika katanya mau membawa ortunya ikut dalam perkawinan kami. Awalnya dia berkeras tidak perlu orang tua.  Lucu ya dia dulunya bilang sudah dewasa, tahu aku heboh soal keluarga dia jadi pengin.

Tunggu aku Arya....bye....

 

9.

Kasih Tak Sampai

Malam ini usai aku berkunjung ke rumah Dany yang ke sekian, mampir ke rumah sebentar dan kembali ke biara, menonton berita, kaget dan seolah ada yang menjadi bagian keakuanku ketika ada penerbangan dari london ke LA hilang kontak, lima menit kemudian konfirmasi semua penumpang dan kru dinyatakan meninggal. Jangan-jangan John di sana.

Tidak lama kemudian telepon berdering Dany mengabarkan tunangan Angie mengalami kecelakaan, pesawatnya  jatuh dan menjadi korban pesawat naas itu, ku hubungi Angie untuk ikut berbela sungkawa, dia langsung pingsan menerima khabar dan telponku. Papa melanjutkan dengan terbata-bata dan mengucapkan selamat atas tahbisan diakonku.

Aku tahu tentu dia sangat berat baru saja usai mengisahkan perjalanan cintanya yang begitu panjang, eh malah direnggut oleh kecelakaan dengan transportasi paling aman sejagad itu. Kembali ia di dalam patah hatinya yang entah sampai kapan akan tersembuhkan.

Tugasku mengembalikan kondisi dan manajemen sekolah menampakkan hasil, superior yang mendapatkan laporan jelas dan gamblang memutuskan aku untuk mempersiapkan tahbisan.

Aku melangkah....ke depan altar...

Aku abdi...

Perjalanan panjang seminari mendapatkan puncaknya, tahbisan, namun ini sebuah upacara, di mana status dan komitmen itu dimulai. Aku di dampingi Bapak-Ibu, Papa-Mama, dan Dhani tidak ketinggalan dengan gagahnya sebagai anggota ordo ketiga. Angie tidak mau menemaniku, dia terus terang mengaku tidak akan sanggup menyaksikan "pernikahanku" itu.

Kami memang keluarga kecil, jadi mereka berlima mengantar aku ke depan altar. Aku ke kiri di mana duduk di kursi, dan mereka berlima ke kanan, di bangku yang disediakan bagi mereka.

Ketika namaku disebut oleh Uskup Frater Diakon Gabriel Harya Setiawan,

Aku menjawab dengan tegas "Hadir"

Penerimaan sakrament imamat yang aku terima di tengah kondisi tidak mudah karena kepikiran kondisi Angie, dan dengan vidcallnya tadi pagi membawaku pada kondisi  ini. Bayangan Angie dan masalahnya sama sekali tidak ada kini dan menerima penumpangan tangan dari Uskup sepenuhnya lega di dalam Tuhan.

Kini bagian impian dari upacara ini, aku maju  bersama kedua pasang, iya kedua pasang orang tua yang membawakanku perlengkapan Misa untuk diserahkan kepada uskup dan diberikan kepadaku, dan aku akan menggunakan itu untuk melayani Tuhan dan sesama perdana. Aku menerima dengan mantab dan membawa ke meja altar.

Aku abdi Tuhan...

Selalu mengiang....

 

Penutup

Pantes aku serasa pernah tahu, dan dia mengatakan aku, lupa padaku.....

Ternyata ia Angie itu..

Pilihan nama yang sangat pas dengan kepribadiannya. Mau melepaskan apa yang tidak diberikan kepadanya. Membiarkan cintanya membebaskan dan memerdekakan, bukan mengekang dan merasa paling berhak memiliki. Manunggaling kawula Gusti, Sang Sufi,

Rumah elit begitu ada kopi hitam dan pisang goreng.....Angie semua yang menyediakan....

Baru aku tahu ternyata Angie menjadi ketua lingkungan di mana semua aktivitas dihitung dengan uang. Ia membeli rumah di sana, mengajak orang  Katolik hidup sebagaimana seharusnya. Ia tidak mau orang mengikuti Yesus hanya cari selamat tanpa mau tahu hukum kasih. Mengasihi Tuhan dan sesama secara proporsional. Menghargai harta tidak melebihi orang dan kemanusiaan. Kehidupan guyub hasil tangan dinginnya cukup lama. Ia tidak menikah, namun menyantuni banyak anak yatim piatu tanpa memandang latar belakang. Ia hidup menggereja dengan sepenuh waktu, tenaga, dan uang.

Ia tahu aku akan datang dan menjadi rama di paroki ini, jelas ia tahu, ia wakil ketua di dewan paroki. Sikapnya yang begitu keibuan sudah melenyapkan keinginan sendiri. Ia sudah usai dengan hidupnya.

Rama-rama yang kenal mengatakan ia seperti santa yang hidup di tengah paroki ini. Bukan tanpa cela, namun jauh lebih positif dalam bertindak, berperilaku, bekerja, dan  melayani umat. Para rama katanya malu kalah giat dan rajin dari Angela.

Aku tahu persis siapa dia, yang tidak akan perlu pelukan lagi karena rengkuhan tangan Tuhan sudah ia peroleh. Penemuan jati diri sejatinya di dalam hidup di dunia telah ia dapatkan.

Perjumpaan di beberapa kesempatan ia membawa diri dengan luar biasa, "Mari Rama Gabi, apa khabar, sehat Rama, sudah makan...."

"Kog tampak pucat, banyak istirahat...." tanpa ada pretensi apapun di balik ucapan, tatapan, dan sikapnya.

Ia sudah tidak menekan perasaannya, ia menjalani jalan yang Tuhan berikan. Tidak pernah mencoba membuat kita hanya berdua, atau menyerempet masa lalu. Dany mengacungkan jempol pada sahabat kami itu....

Kesedihan tidak ada, kebahagiaan yang ada pada hidupnya. Pancaran wajahnya lengkap dalam gerak bibir, mata, dan pilihan katanya. Bahagia dan syukurku pernah dekat dengan pribadi demikian, pribadi yang mampu bertahan dalam segala goncangan dengan imannya kepada Sang Pencipta.

Binar mata itu karena cinta Ilahiah, berani menyatakan silakan ambil dia Tuhan...

Aku pun siap Tuhan gunakan....

Binar itu tidak pernah berhenti, malah makin cemerlang dari hari ke hari...

Aku jadi ketularan dan makin tekun di dalam karya, doa, dan studiku....

Angie telah menginspirasi banyak segi hidup...

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun