"Kamu tadi ngeledek bukan tanya, tauuuu," sambil dia cubit lenganku dengan sekuat tenaga, aku tahu ini pasti akan hitam dan ada lukanya. Aku diam tidak melawan percuma juga, tambah parah malahan.
"Aku itu mengatakan apa dia naksir, atau menyatakan dia itu naksir." Â Aku tahu dia juga paham, mau mengerjain aku saja sebenarnya.
"Kasihan ya, pantes dia oon....gak pernah bisa belajar" mulai ngeledek dia, modelnya kalau ada yang naksir begitu.
"Mulai...." aku mau menghentikan bullyannya, pasti juga akan terus sama.
"Pantes ya dia kurus, kuyu, dan kucel, gak pernah tidur dan makan...." nyinyirnya terus....
"Sebentar, kog paham dan tahu detail begitu, naksir ya? Selamat deh, cocok kog...." aku sudah ngacir duluan. Tas sekolahnya melayang. Aku berkelit sedikit, tas itu melayang ke jalan. Â Aku tertawa saja, ia ambil dan langsung ngeloyor pergi. Kaget juga, aku panggil dia diam saja. Aku perhatikan naik angkot, lho kog bukan jurusannya.
Beep beep...
Ada pesan masuk, aku buka ternyata dari dia.
"Aku ke rumah Linda"
Anak yang luar biasa. Ia bercerita kemarin, teman itu sudah beberapa hari ini tidak masuk. Teman lain tidak ada yang peduli, dia melangkahkan kaki mencari. Dia tidak mengajak aku, jalan begitu saja. Satu yang ia akan ajak jika terlalu menyedihkan dia akan paksa aku ikut. Lihat bagaimana sucinya hati gadis itu. Perhatiannya memperlihatkan sosok ibu yang mengayomi, melindungi, merawat, bukan hanya organisasi melalui PMR, ini temannya juga ia datangi.
Kejelekannya itu pada para fansnya, istilah kami untuk penggemarnya. Ia akan beritahukan aku apapun yang diberikan para fans itu, mau surat, mau puisi, atau sms dan pesan via media sosial. Aku tidak tahu apa maksudnya. Kalau mau mancing-mancing aku jeles, jelas tidak, dia tahu persis aku mau jadi apa. Dia tidak pernah juga bicara mengarah hal yang sangat pribadi atau percintaan.