Satu, melihat kepentingan mereka yang demikian beragam. Dan menakar tabiat mereka yang kalah saja ribet, apalagi menang. Bisa heboh berebut kursi, dan tidak akan peduli soal lain. Llihat saja ijtimak, PA, dan berbagai organ mereka ribet dengan siapa yang paling depan dan berjasa.
Dua, tipikal Prabowo yang lemah dalam pendekatan personal, cenderung akan membuat keadaan gaduh dan panas. Yang ada di sekililingnya juga bukan orang rasional, namun kelompok emosional. Ribet dan ramai yang ada.
Tiga, kebersamaan mereka jauh lebih cenderung pragmatis, asal bukan Jokowi, bukan kesamaan ide dan gagasan demi bangsa dan negara ini. Nah bagaimana mereka jika menang, akan susah memiliki visi dan misi, mereka sejak awal sudah tahu akan susah kog menang. Kalau menang pasti akan kebingungan, seperti Gubernur DKI saat ini. Itu identik.
Empat, kepentingan dan tudingan ada penunggang itu sangat jelas kini. Nah ketika kalah saja berulah, apalagi kalau menang. Mereka akan menglaim diri sebagai paling berjasa dan paling memberikan andil yang besar bagi kemenangan mereka. Ini pasti akan merepotkan.
Lima, sudah kalah saja masih merasa benar, dan pihak lain melakukan kecurangan. Jangan mengatakan itu sudah lewat, masih ada paham demikian. Nah model demokrasi kanak-kanak demikian, apa tidak akan membuat ribet dan gaduh terus. Demokrasi jaug h mundur karena dihuni oleh para pelaku demokrasi yang tidak dewasa.
Enam, politik waton sulaya, mereka ini selalu saja membolak-balikan fakta. Makin kuatlah perilaku mereka di dalam merusak persatuan dan kesatuan bangsa dengan hoak, info sepenggal dan sepihak itu.
Perilaku kedua tersangka yang kini masuk dalam urusan kepolisian cenderung aksi berbeda faksi dengan apa yang ada dalam pendekatan politik Prabowo, mereka jelas akan memberikan dampak buruk pula jika Prabowo menang. Belum lagi aksi terorisme dan fundamentalisme yang makin menguat usai pilpres.
Kelompok ideologis yang kehilangan panggung, Prabowo sebagai sosok yang dihitung bisa merebut panggung itu pupus sudah. Apakah dia masih akan terus dipakai jika menang? Jelas tidak. Mengapa mendekat ke Prabowo? Karena jelas Jokowi sudah membubarkan mereka.
Pilihan yang tidak ada yang bisa diambil, mau tidak mau mereka bersama Prabowo, dan blunder demi blunder mereka buat sendiri dan akhirnya kalah di dalam pilpres. Sikap menunggangi itu tidak akan lepas, sebagaimana ditunjukkan ketika kalah.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H