Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Getah Getih ke Gabion, Politik Cemar Asal Tenar, Memang Anies Salah?

25 Agustus 2019   09:41 Diperbarui: 25 Agustus 2019   10:15 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anies dan Politik Cemar Asal Tenar

Cukup masif apa yang ia lakukan untuk mendapatkan panggung ini. Mei ia ikut mengusung keranda jenazah korban, mau pelaku atau korban, tetap saja ia korban meninggal rusuh. Ia juga menyatakan akan emmberikan santunan bagi para korban menderita.

Lahirlah sindiran ada maling rumah dan dipukuli massa malah menyalahkan massa dan menolong si maling. Sukses lagi ia mendapatkan panggung. Ia tahu jelas konsekuensinya itu.

Jauh sebelum itu ia membuat Kali Item sebagai panggung dan patung bambu getah-getih, pembicaraan itu bergaung hingga setahun lho. Dan ketika ada yang baru, ia disebut lagi. Mana ia peduli dengan kata orang. Belum lagi ketika bicara anggaran.

Soal reklamasi pun ia bersilat lidah dengan berbagai argumen yang orang awam saja tahu itu hanya dalih, toh melaju dengan baik dan tanpa ada masalah. Ulang tahun Bangsa Indonesiapun dilakukan di sana. Narasi pihak lain jelas ia nikmati, karena ia tahu akan terjadi pembicaraan hangat.

Ia juga sering mencari-cari panggung berhadapan dengan Jokowi. Ketika Presiden Jokowi mengatakan jangan kebanyakan kunjungan ke luar negeri, ia membalas soal kemampuan berbahasa Inggris.  Lagi-lagi pro-dan kontra itu terjadi.

Pujian untuk FPI jelas ia paham itu artinya apa. Ke mana arahnya, itu jelas. Ia menempel untuk mendapatkan panggung yang baik dan cukup untuk 22 dan kemungkinan 24. 

Termasuk ketika ia menyatakan bahwa melanggar hukum karena kebutuhan perut mengenai PKL, ia tahu sebagai pejabat ia tidak bisa berlaku demikian. Toh di sana ada penguasa jalanan Ibukota DKI sekian tahun dan hanya Ahok yang berani menantang terbuka. Sekarang orang itu diam saja karena "kenyang", beda ketika era Ahok.

Modal Anies untuk 2022, sudah mulai disimpan. Ia menjalin relasi dengan berbagai-bagai pihak, dan memberikan kecenderungan yang berlawanan dengan Jokowi. 

Alasannya jelas mengapa, namun apakah itu cukup efektif? Tiket 2022, sangat mungkin  mengantar untuk 2024, namun melihat rekam jejaknya selama ini, susah bisa memiliki kemungkinan lebih baik.

Pilihan politik cemar asal tenar itu jelas fatal. Sandi sudah merasakan itu, bedakan politik Pilkada DKI 2017 itu kasus khusus. Eh diulang-ulang. Jangan anggap pemilih selalu bodoh, pemilih itu berkembang, lihat 2019 membuktikan kesuksesan 2017 itu tidak bisa dicopas, begitu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun