Kurang Islamnya apa Turki, Suriah, Lebanon, Pakistan, coba? Toh mereka melarang juga, apa mereka mau dilabeli juga memusuhi Islam dan adanya Islamophobia? Apa iya bisa sekaligus pusat Islam sekaligus ketakutan terhadap Islam?
Dalam film itu salah satu motivasi yang ditekankan adalah kemiskinan dan keberadaan Muslim yang masih jauh dari harapan. Itu adalah salah Nonmuslim dan itu harus dibalas. Mulai menemukan titik temu di mana point pertama dan yang sedang dibahas ini.
Kemiskinan dan Keberadaan Strata Sosial Bukan Soal Agama
Apapun agamanya ada yang kaya ada yang miskin. Kemajuan juga ada di semua agama. Tidak ada agama menghambat kemajuan agama lain atau agama membuat agama lain mundur ke belakang. Â Mau maju atau tidak itu bukan soal agamanya, namun soal kemauan dan kehendak untuk berubah.
Mana ada Islamophobia di sekitar kita, itu adalah jargon, kampanye, dan  upaya memecah belah  kesatuan umat sendiri. Orang hendak disulut dengan sentimen agama, yang memang sangat mudah di tengah budaya dan bangsa ini.
Sejarah panjang pihak ketiga memainkan isu dan kondisi ini demi kepentingan  mereka. Mereka menjadikan tabiat bangsa ini untuk mendapatkan keuntungan.
Lha bagaimana tidak, ormas yang dibubarkan itu malah menyulut permusuhan terhadap NU dengan seluruh jaringannya. Menuding Islam Nusantara sebagai sesat, dan seterusnya. Lha memang Islam Nusantara itu isinya orang Kristen dan Katolik, atau Hindu dan Budha begitu? Kan jelas tidak.
Narasi yang biasa dikembangkan nantinya adalah penistaan agama, memusuhi agama, dan antiagama, padahal tidak, yang ada adalah mendukung pemerintah yang telah melarang ormas itu. Sekali lagi bukan soal agama, namun ormas yang telah dilarang.
Salah satu fakta yang tidak bisa dibenarkan, salah satu yang kemungkinan telah terpapar ajaran itu adalah, orang yang dengan gampang menghujat pemerintah dan presiden dengan kata-kata sangat tidak patut. Baik itu Enso, ibunya, atau yang pernah ikut DARSH dan pengin pulang.
Sederhana saja, bagaimana ada anak yang pernah memaki bapaknya kemudian mau minta uang untuk membeli jajan. Benarkah uangnya untuk jajan, atau membeli racun untuk meracuni bapak, atau membeli bensin untuk membakar rumah? Ini bentuk antisipasi, pro dan kontra itu wajar, asal masih bernalar dan memberikan argumen yang masuk akal, bukan asal sama label pasti benar dan beda pasti salah.
Kedewasaan menjadi penting, memilah dan memilih dengan jernih apa yang dibahas, apa yang dipersoalkan. Nah kesimpangsiuran dan suka campuraduk inilah yang dimanfaatkan petualang dalam banyak hal.Â