Fakta keempat
Nah ini malah pemerintah Jakarta, barometer hidup berbangsa dalam segala hal. Beberapa hal yang patut dilihat sebagai sebuat fakta.
Satu, udara jakarta termasuk buruk. Membeli alat yang lebih baik, sehingga akurasinya lebih tepat. Tidak heran banyak meme, ledekan kalau anak panas bukan dibawa ke dokter atau beli obat, namun beli termometer. Boleh lah jika memang fokusnya anggaran dan pengadaan barang dan jasa.
Dua, kali berbau dan berwarna hitam. Penyelesaian ditutupi jaring. Masalah di bawah jaring tetap saja bau dan hitam, tidak ada perubahan. Apakah itu memang demikian? Toh pernah ada yang bisa mengurangi paling tidak.
Tiga, banjir yang memang masih masalah krusial, bukan membenahi keadaan, namun menuding pembangunan tempat lain sebagai penyebab. Beberapa kali mencari kambing hitam dan dalih atas ketidak mampuan. Cukup tiga saja sebagai fakta, yang lain toh bisa dicari sendiri.
Beberapa fakta di atas hendak memberikan gambaran bahwa dalam bernegara dan pemerintahan, ternyata banyak hal yang masih perlu dibenahi. Pemahaman otonomi daerah, merasa menjadi raja kecil sehingga bisa seenaknya, pemikiran dan pilihan atau kebijakan yang masih cenderung tidak penting dan mendasar. Beberapa catatan dari penyebab itu adalah.
Satu, kinerja parpol yang seolah menjadi segala-galanya menjadi penyebab cukup besar. Kecenderungan uang yang berbicara untuk rekomendasi lebih kuat. Prestasi, rekam jejak, dan kemampuan individu bisa tereliminir oleh kekuatan uang.
Dua, parpol juga gagal mendidik pemilih untuk bisa memilih cerdas, ikut arus parpol dan asal tenar, mau cemar ataupun cerdas tidak menjadi pertimbangan. Ini peran parpol jangan mencari kambing hitam.
Tiga, pendidikan, suka atau tidak, pendidikan berperan penting dalam ranah berpikir dan bertindak cerdas. Ternyata selama ini tidak ada hal itu yang tercermin dari perilaku elit daerah dan negeri.
Empat, agama. Ranah spritual masih berkisar pada aktifitas dan hafalan, jauh dari makna dan tindakan atau buah roh. Semua beragama, semua beriman, namun berhenti pada label atau kemasan semata. Sikap tanggung jawab, malu, dan konsisten ternyata masih jauh dari harapan. Ini ranah agama atau spiritualitas.
Lima, pemahaman bernegara yang masih kaca, atau memang dibuat kacau? Hal ini jelas menjadi penting dan masalah mendasar, karena jelas UUD menyebutkan, namun toh banyak yang merasa sudah menjadi "raja" dan menguasai daerah itu seolah-olah milik.