Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Capres Meracau, Cemar Penting Tenar

9 April 2019   08:25 Diperbarui: 9 April 2019   08:37 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kampanye di Yogyakarta dengan menyatakan kata bajingan.  Benar bahwa kata bajingan dalam konteks bahasa Jawa adalah pengemudi atau sopir gerobak, jadi tidak ada masalah dengan kata ini. Namun ketika konteksnya adalah dalam nada marah, menuding pihak lain sebagai pealku kejahatan, jelas konteks bajingan yang tidak bernilai baik atau buruk  itu menjadi berkonotasi buruk. Karena diikuti dengan kata memerkosa ibu pertiwi.

Berkaitan dengan kata bajingan itu capres juga mengatakan memerkosa ibu pertiwi. Coba ditelaah dengan kepala jernih, otak dan hati dingin, kapan dan benarkah itu kejadian kontekstual hari-hari ini, ataukah masa lalu, dan beliau yang teriak ada di sana?

Mengerikan pilihan kata memerkosa, yang sangat traumatis bagi banyak pihak berkaitan dengan rusuh 98 lampau. Kepedihan mendalam bagi beberapa kelompok, ribuan orang, dan itu saksi mata, saksi korban, dan jelas para pelaku masih segar bugar dan bisa dicari keberadaannya. Itu diungkit  oleh pihak yang disinyalir ada keterkaitan.

Kebocoran dana yang diulang-ulang, narasi usang namun hanya itu nampaknya yang dimiliki dan dikuasi. Separo fakta, bahwa ada potensi kehilangan 2000 T, eh diterjemahkan yang bocor 2000 T padahal anggaran belanja saja kisaran 2400-an. Mosok hanya 400 T saja yang aman dan dipakai untuk membangun. Artinya asal bicara alias meracau bukan?

Memarahi orang yang berbicara sendiri ketika si capres sedang berbicara. Berkali ulang, bukan sekali dua kali, berkali-kali. Ia maunya menjadi pusat, yang paling utama, didengar, dan tidak mau ada yang mengabaikannya. Hal yang hanya ada pada pribadi kanak-kanak dan gila kuasa.

Orang tidak akan bisa menyenangkan semua orang, apalagi sampai 25 juta itu. Nah ketika orang tidak realistis dan memaksa orang untuk bisa mendengarkan dia saja, maaf isinnya pun pengulangan tong kosong demikian, apa layak dipilih?

Pemimpin abai data dan tidak cek ricek. Apa yang terjadi adalah capres ini abai akan data. Apa yang ia nyatakan ABS, nampaknya ia idap sendiri. Sangat gampang kog seberapa besar kapasitas stadion, ia pribadi pun akan bisa memprediksikan kog jumlahnya, nah ketika mengatakan sejuta, dua puluh lima juta, jauh dari nalar dari pada ratusan ribu. Ingat seratus ribu sekian tidak bohong jika diklaim ratusan ribu.

Apa yang terjadi ini  menjadi pertimbangan masak dan serius, bagaimana pribadi capres ini.

Cemar tidak masalah asal tenar. Ingat esensi demokrasi dan pemilihan adalah suara terbanyak. Ketika hendak mencapai tenar itu bisa saja cemar, maa gabul tai asal bathi, bisa saja menjadi pilihan utama. Artinya yang  penting menang, entah caranya. Fasis tulen kalau begitu.

Pemimpin itu harusnya cek dan ricek, bukan membiarkan data masuk dengan begitu saja tanpa kebenaran yang bisa ia dapatkan secara lebih akurat. Kecenderungannya adalah keras kepala dalam arti negatif, menang sendiri, terlalu percaya diri, sehingga hanya mendengar kata diri dan orang yang paling dipercaya saja.

Susah melihat pemerintahan bisa berjalan baik, ketika model tidak mau mendengar model demikian, ingat ini replublik, bukan kerajaan. Berkacalah kerajaan-kerajaan itu jatuh karena kedegilan raja, adipati, dan pemimpin yang keras kepala, bisa dilihat dalam sejarah dan kalau mau yang populer bisa dinikmati dalam novel Arus Balik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun