Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

[Debat Capres] Debat dan Makin Meracaunya Capres Ini

30 Maret 2019   15:00 Diperbarui: 30 Maret 2019   15:08 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Mengorbankan rakyat. Lha ini mau berbicara siapa sebenarnya? Ketika ia mengritik kubu lawan, apa yang sudah dan ia rencanakan? Bagaimana rekan koalisinya akan mengizinkan cantrang lagi, padahal itu jelas merugikan dalam jangka panjang. Apakah ini tidak lebih  parah?

Lebaran di TPS, entah apa yang ada di benaknya ketika meminta membawa opor, tikar, lonting ke TPS, mau lebaran di sana, apakah itu menjawab bahwa pemilu adalah pesta, atau malah memang ngelantur yang tidak ia sadari. Atau kah malah menciptakan kondisi kacau, chaos, karena nada-nada itu sudah mulai didengungkan.

Pemenang adalah Prabowo dan yang dilantik adalah yang lain. Padahal jelas susah melihat apapun, fakta, data, dan termasu survey yang bisa cukup meyakinkan pasangan ini menang. Coba satu saja nilai lebih yang cukup meyakinkan sudah dibantah bahwa mereka patut dipilih? Susah.

Dididik mencintai rakyat, elit menyengsarakan rakyat dan ditekankan untuk mencintai rakyat. Bingung juga melihat apa yang ia sampaikan. Selama ini ia berjarak, menjaga ruang antara sehingga ia tidak dekat kepada rakyat kog. Mengapa tiba-tiba merasa jadi pahlawan seperti ini?

Beberapa fakta ia berjarak dengan rakyat.

Mengenakan sarung tangan ketika bersalaman. Memang sangat mungkin luka, lecet, dan lain sebagainya, maka pakai kaos tangan untuk pelindung. Namun apa iya seekstrem itu sih? Toh Jokowi yang jauh lebih banyak pendukung dan kedekatan dengan rakyat bukan periode lima tahunan tidak perlu demikian.

Didikan sebagai kalangan atas, susah melihat ia dekat dengan rakyat, selain lagi-lagi periode lima tahunan. Susah melihat gaya hidup apalagi militer lagi bisa membaur begitu saja.

Beberapa kali marah ketika berbicara dan yang di hadapannya riuh rendah sendiri. Bukan hanya sekali dua kali, namun berkali ulang. Jika memang mencintai tidak akan marah jika ada sikap demikian.

Belum lagi jika berbicara ranah isu dan desas-desus, soal tunggakan gaji buruh, kekerasan pada 98. Atau faktual, soal kepemilikan lahan yang luar biasa dan sudah diakui sendiri itu. Jelas konfirmasi termasuk elit negeri ini, yang sangat mungkin itu adalah jatah rakyat juga.

Beberapa kali menghina keberadaan rakyat dari daerah atau profesi tertentu. Entah mau mencairkan suasana atau memang karakter merendahkan. Kalau mencairkan suasana mengapa harus merendahkan dan menghina? Apalagi kalau berkali ulang, kog lebih cenderung gaya atau tabiat.

Apa iya menyintai rakyat namun berjarak dengan rakyat yang sama.  Artinya hanya sebuah klaim dan  ungkapan basa-basi semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun