Mengganti wapres terpilih dengan orang yang dicitrakan sebagai penista agama. Ini jelas spekulasi mengerikan karena bisa berabe dalam banyak hal dan terutama sentimen sektarian yang lebih kuat tercipta. Dan mereka masif membagikan dan mengulang untuk mencemari otak pemilih.
Deligitimasi KPU dan polisi. Polisi sudah ditabuhkan genderang bahwa mereka tidak netral tidak seperti TNI. Pelaku adalah anggota DPR-RI, dan ujung-ujungnya adalah hendak menurunkan tingkat kepercayaan kepada polisi. Sangat mungkin nanti akan membenturkan pemilih untuk melawan polisi yang dituding berpihak.
KPU dilemahkan dengan banyak gagasan dan tuduhan soal debat. Angkutan kotak suara berbau aseng, padahal jelas-jelas hanya angkutan, dulu tudingan kalau ada tujuh kontainer surat suara telah tercoblos. Ini entah pengalaman sendiri atau memang hanya mau merendahkan KPU? Keduanya sangat mungkin.
Kekalahan Jokowi di depan mata, jika para pelaku TKN diam saja karena merasa sudah mapan, survei mengunggulkan mereka dengan telak dan merasa di atas angin. Hal yang sangat mungkin terjadi. Melihat kinerja timses yang masih adem ayem, hal itu bisa terjadi.
Mau dipimpin pemimpin suka kekerasan, pemimpin penebar fitnah, dan juga tim yang hanya fokus menjatuhkan lawan, bukan memberikan janji visi dan misi lebih baik. Banyak hal cerdas yang tidak mereka olah, malah menuding ini dan itu.
Kepemimpinan itu usaha dan upaya kerja keras. Mudah sih dengan instan dan motong kompas dengan menerbarkan kekacauan. Merencanakan kerusuhan dan kegagalan dalam menjaga keamanan oleh pemerintah. Hal ini jelas bukan pemimpin, namun pecundang yang sok tenar dan merasa mampu memimpin.
Orang merasa mampu itu banyak, namun sedikit yang mampu merasa. Kualitas pemimpin itu yang tahu diri.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H