Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Kekalahan Jokowi di Depan Mata

15 Maret 2019   09:00 Diperbarui: 17 Maret 2019   02:39 10066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mark up anggaran, jauh lebih enak dan mendapatkan banyak semperan, dibandingkan dengan model proyek sekarang yang begitu banyak, namun mereka tidak lagi mendapatkan banyak "keuntungan" dari apa yang mereka lakukan.

Indikasi kemarahan mereka adalah, mereka berteriak kalau tidak ada manfaatnya pembangunan ini dan itu. Mereka kehilangan banyak dana melimpah yang biasa mereka peroleh. Potongan atau sunatan yang banyak demi kekayaan sendiri dengan mengorbankan kepentingan bangsa dan negara.

Mereka ini begitu banyak dampaknya jika tidak disadari karena bisa membuat warna dengan kekuasan mereka. Apalagi jika sudah berkolaborasi dengan politikus. Mereka bisa mengarahkan termasuk UU dengan membayar pembuat UU. Sudah sering terjadi dan itu susah kini.

Rakyat manja dan suka disuapi. Hal ini bisa dipanaskan dan dikipas-kipas oleh para politikus miskin prestasi dan mereka menggunakan kelompok ini sebagai sarana pemaksa dan penguat untuk mengatasnamakan rakyat kebanyakan.

Penyabutan subsidi BBM, listrik, dan juga penyeragaman atau satu harga BBM sangat mungkin dijadikan bahan untuk menjatuhkan pemerintah. Kelompok ini cukup banyak lho. Apalagi ketika mereka telah dipanaskan oleh para penguasa politik yang enggan bekerja.

Politikus enggan bekerja. Jelas kelompok cukup banyak. Mereka selama ini bekerja dengan memanfaatkan jabatan untuk mendapatkan keuntungan. Mereka menjual jabatan untuk keuntungan mereka. Menyuap dengan mengumpulkan uang dari para pengusaha dengan memberikan proyek atau UU dengan sesuai kepentingan mereka.

Termasuk dalam ranah ini, tentu politik uang dan mahar politik. Di mana untuk menjadi ini dan itu soal keuangan dan kekayaan akan menjadi yang utama. Konsekuensinya jelas adalah korupsi. Mencari balik modal ketika menjabat jadi apapun itu.

Kelompok radikalis dan fundamentalis yang berkamuflase dalam banyak hal. Kampanye ini dalam banyak berbagai elemen karena telah secara resmi dibubarkan. Mereka tetap akan terus menyoba untuk kembali dalam cara-cara yang pokoknya mendapatkan hasil.

Isu kriminalisasi ulama itu ujungnya adalah menebarkan ketakutan dan pemerintah itu lemah, pelaku ketidakadilan, musuh agama yang bisa dijatuhkan. Cukup masif apa yang ada adalah perilaku mereka yang makin terdesak, maka mereka menyoba membenturkan itu. fitnah bukan masalah.

Antiagama tertentu, nalar sehat dari mana yang bisa memercayai hal itu, toh sangat jelas agama capres dan cawapres 01, namun masih kog yang percaya. Dan itu perlu penanganan yang kuat dna jelas. Mengafirkan kelompok lain pun jadi gaya hidup kelompok ini.

Pelarangan pelajaran agama. Entah ide dari mana kebodohan luar biasa ini. Toh itu sudah terjadi dan banyak juga yang terpedaya dan percaya demikian. Logika dari mana sih bisa menerima nalar gagasan ini. termasuk larangan adzan sebagai panggilan ibadah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun