Politik penuh harapan, melihat kekuasaan adalah sarana untuk mengembangkan bangsa, membangun negeri, termasuk manusiannya.Â
Karena melihat sebagai sarana, mereka tidak pernah takut kehilangan kursi kekuasaan, sepanjang pihak lain memiliki kepedulian atas keberadaan bangsa dan negara. Fokus bukan hanya kursi kekuasaan, namun kemajuan bangsa dan negara.
Memerintah
Penganut paham politik harapan, akan melihat kesempatan memerintah itu sebagai pengabdian. Mengabdi bagi bangsa dan negara. Pusatnya adalah kemajuan dan perubahan bangsa dan negara.
Pengikut polittik kecemasan, memerintah itu kesempatan untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan kelompok.Â
Ketika keuntungan itu tidak diperoleh mereka ogah-ogahan, atau menciptakan peluang untuk bisa mengeruk kekekayaan dan menciptakan peluang adanya keuntungan untuk mereka.
Angkatan Perang dan Keamanan
Posisi militer dan polisi adalah alat kekuasaan. Ketaatan mereka pada sosok pemimpin bukan bangsa dan negara. Mereka ini bisa menjadi peneror yang ulung karena memiliki legitimasi hukum. Tentu bagi politikus penyuka kecemasan.
Berbeda dengan politik harapan, militer dan polisi adalah mitra bagi rakyat, bersama rakyat menjadi tertib hukum bersama dan membentengi diri terhadap kemungkinan serangan dari luar. Polisi dan militer tidak ditakuti, justru dicintai.
Kecemasan itu diciptakan, direncanakan, dan menjadi pertimbangan dengan masak. Jika kondisi tenang, kekuasaan bisa goyah dan itu berbahaya. Stabilitas menjadi prioritas, namun stabilitas represif karena menggunakan kekerasan bukan kesadaran.
Ketenangan dan harapan itu bahaya bagi para pengusung politik kecemasan karena mereka tidak memiliki legitimasi untuk bisa berkuasa. Jangan salah mereka akan menggunakan segala cara untuk menggapai kekuasaan.