Penghargaan atas kemanusiaan.
Jika mau menyadari betapa proses panjang, berapa banyak orang yang terlibat untuk membawa sepiring nasi saja ke atas meja. Petani yang menanam padi, perlu benih yang disiapkan ahli-ahli pertanian, petani dan buruh tani yang merawat benih hingga panen.Â
Proses panjang dari bulir padi menjadi beras. Dan dari beras perlu distribusi hingga ke rumah-rumah. Ketika di rumah atau rumah makan ditanak menjadi nasi. Itu baru satu jenis makanan yang bernama nasi.
Nah jika membuang makanan, berapa banyak tenaga yang sudah dikerahkan orang-orang itu dan kita sia-siakan coba? Bisa juga rangkaian itu diterapkan pada ayam, sapi, ikan, kacang panjang, dan seterusnya dan seterusnya.
Penghargaan atas kemanusiaan yang berbeda sisi. Apa yang kita buang-buang itu, jika kita bagikan bagi orang yang kelaparan dan menderita, atau kita memikirkan itu, jangan-jangan itu adalah jatah makan orang lain. Karena sifat kita yang tamak dan  penuh gaya hanya menjadi sampah bagi kita, padahal bisa menjadi jamuan mewah bagi pihak lain.
Penghargaan atas Sang Pencipta
Kehidupan manusia sejatinya harus sampai ke sana. Bagaimana Tuhan Allah Sang Pencipta terlibat di dalam seluruh rangkaian makanan yang kita santap dan kadang buang itu.Â
Jika berani sampai ke sana, sampai merenungkan keterlibatan Tuhan, dan masih membuang makanan, berarti kelainan. Tuhan menciptakan itu dengan penuh kasih demi sang ciptaan agar berbahagia.
Apa yang bisa kita perbuat?
Mengambil secukupnya, jika merasa suka dan kurang, tambah lagi. Dengan demikian orang hanya berpikir makan secukupnya, tidak akan sisa dan membuang makanan yang demikian berarti tersebut.
Menyadari bahwa ada Tuhan dan sesama yang terlibat di dalam proses makanan di depan mulut kita, dengan demikian kita tidak akan berani menyia-nyiakan berkat tersebut.Â