"Profisiat Yan," kembali sapaan khas itu yang muncul. Sambil dipeluknya aku seperti kala ibu memelukku bahagia.
"Arya kamu undang..." Â nama lama yang sangat susah aku hilangkan itu diingatkan.
Aku mengangguk mantab, dengan senyum lebar. Beliau menjabat tanganku dengan menepuk-nepukan telapak tangan di atas telapakku dengan gagah.
Aku melangkah ke depan altar....
Lagu yang membuat merinding itu, mau menumpahkan tangis, namun ini baru mulai. Ketika ucapan kaulku ucapkan dengan tenang, pelahan, namun mantab, dan diterima dengan yakin oleh Suster Jenderal, misa dilanjutkan. Sederhana namun khitmat.
Siapa yang datang dari keluarga aku tidak tahu, yang jelas undangan dikirim oleh suster kepala atas permintaanku. Apalagi aku sendiri yang berkaul pertama.
"Selamat ya...." masih dalam pelukan ibu aku mendengar suara empuk namun tegas itu.
"Makasih, Kept," aku bingung mau bagaimana. Apalagi masih cukup banyak undangan dan tamu yang datang untuk mengucapkan selamat. Aku masih sibuk bincang-bincang dengan banyak tamu, ketika Suster Abdis, menjawil, "Yan, temui Arya..." Kaget dan lucu juga.
"Apa khabar," aku sapa kapten gagah yang sedang mendampigi ibu makan sate. Ia membelakangi aku.
"Oh, baik-baik, selamat ya sekali lagi....kamu tambah gemuk...." dengan binar yang sama dengan dulu, namun sangat berbeda warnanya.
Kami tertawa barengan, ini masa "bebas" karena sedang acara kaul, kami boleh berbicara.